Menyoal Sinetron ‘Istri Terobsesi K-pop’ ala Indosiar
Berita Baru, K-Pop – Jagat dunia maya dihebohkan dengan kabar tayangnya sinetron Indosiar mengenai seorang suami yang ingin menghentikan obsesi istrinya terhadap K-pop. Mungkin pesan cerita yang ingin disampaikan sih soal kewajaran yang harus dimiliki setiap penggemar ketika mengindolakan seorang penampil. Boleh memiliki idola, tapi nggak boleh berlebihan. Soalnya, kita hidup di dunia nyata dan bukan di dunia mimpi alias halu.
Tapi yang terjadi lebih dari itu.
Oke jadi pertama, kita bahas dulu soal ceritanya, ya. Sinetron berjudul lengkap ‘Bagaimana Menyadarkan Istriku yang Terlalu Terobsesi K-pop’ ini mengisahkan tentang Karin yang demen Korea in general: lagu, drama, hingga makanannya. Ia bahkan menginginkan suami yang tinggi, putih, dan jago menari dan menyanyi seperti boyband yang ia gemari.
Suaminya, Dion, lama-lama menjadi resah karena Karin ber-Korea ria hingga malam hari dan menimbulkan kebisingan. Bahkan ia sampai kehilangan kerja gara-gara harus mengantar Karin ke bandara untuk bertemu boyband favoritnya yang kebetulan lagi di Indonesia. Karin dan Dion beberapa kali bertengkar soal ‘obsesi’ K-pop itu, hingga suatu hari Karin bertemu Ardi.
Ardi ini cowok playboy, dengan rambut disemir bak artis K-pop. Karin kesengsem dengan Ardi karena dandanan dan kekayaannya. Apalagi setelah tahu Ardi demen Korea juga. Akhirnya Karin menyelingkuhi Dion demi Ardi.
Bagaimana akhir ceritanya? Ya, bisa ditebak lah, sebagaimana sinetron Indosiar pada umumnya.
K-pop hanya gimik?
Besar kemungkinan, unsur K-pop dalam judul maupun cerita di sinetron ini hanya gimik demi meraih atensi. Dilihat dari alur ceritanya, sinetron ini nggak jauh berbeda dengan cerita berlabel ‘Kisah Nyata’ yang dirilis Indosiar sehari-hari. Perselingkuhan karena tergiur harta benda, dan dalam hal ini, ‘harta’ itu adalah: K-pop, karena kebetulan Ardi adalah seorang penggemar budaya Korea dan kaya raya sehingga dapat membelikan Karin laptop dan internet untuk menonton drama Korea.
By the way, penulis sinetron ini mungkin belum tahu, ada teknologi terbaru bernama VIU, Netflix, dan platform streaming online lain yang menyediakan akses terhadap drama Korea. Semuanya bisa ditonton pakai ponsel. Uhuk.
Selain itu, ada yang harus dipertanyakan jika Karin memang seorang K-popers. Dari hal-hal yang kelihatan saja, misalnya bahwa Karin tak memiliki merchandise yang bisa bikin penonton percaya bahwa ia K-popers, kecuali poster-poster di kamarnya. Apakah ia benar-benar ‘terobsesi’? Atau ini hanya sinetron ‘Kisah Nyata’ berselimut K-pop?
Wallahua’lam bisshawaab.
Seorang K-popers setidaknya memiliki perintilan K-pop: memakai case ponsel bernuansa K-pop, memakai kaos atau mempunyai sarung bantal bergambar wajah idolanya, atau setidaknya punya ‘sudut pemujaan’, istilah lucu-lucuan yang digunakan untuk menunjukkan sebuah tempat di rumah yang menjadi pusat penyimpanan merchandise K-pop. Wallpaper ponsel bergambar boyband saja tak terlihat.
Mungkin karena Karin tidak punya uang sehingga tak mampu membeli printilan itu, kecuali poster? Bisa jadi. Tapi barangkali berlebihan jika disebut ‘terobsesi.’
Selain itu, K-popers, apalagi yang ‘obsessed’, menghabiskan waktunya bukan untuk berselingkuh apalagi rela dipoligami? Mereka lebih sering scrolling di media sosial, mengintai apa saja gosip, berita, dan posting-an idolanya.
Jadi, jika tagline sinetron ini adalahnya diangkat dari ‘Kisah Nyata’, apakah kisahnya betulan terjadi? Kalau joget-joget sambil nonton video idola, mengejar idola di bandara, melepas stres dengan menonton video Oppa, hal-hal itu bisa dimengerti dan benar nyata terjadi. Namun mereka tak seseram itu…. sampai berselingkuh?
Hujatan terhadap Pemeran Karin
Sayangnya, pemeran tokoh Karin, yaitu Puy Brahmantya, harus menanggung luapan emosi penonton. Masih ingat hujatan netizen Indonesia terhadap Han So-hee, pemeran Yeo Da-kyung di drama serial The World of the Married?
Dilansir dari Tribunnews, Puy juga dihujani hujatan di media sosialnya. Salah satu penyebab kemarahan penonton adalah karena Puy dianggap berlebihan, dan barangkali bisa ‘merusak’ imej seorang K-popers. Padahal, dia hanya memerankan tokoh yang diarahkan oleh sutradara.
Kemarahan K-popers diakibatkan oleh alasan yang bisa jadi kuat: mereka capek dibingkai dengan gambaran negatif. Soalnya di sinetron ini, K-popers ditampilkan sebagai seorang yang betul-betul halu, mengganggu kenyamanan sekitar, bertindak tidak baik kepada pasangan, bahkan berselingkuh.
Tapi, jika ingin mengkritik, yang perlu dituju adalah si pembuat cerita dan pihak yang menyetujui cerita itu untuk tayang. Dan, bukan dengan menyerang pemerannya, apalagi dengan ancaman tak berdasar.