Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Tsunami Aceh
A file photo taken with a telephoto lens on January 16, 2005 of a partly damaged mosque in the Lampuuk coastal district of Banda Aceh where surrounding houses were wiped out in the aftermath of the massive December 26, 2004 tsunami. (Foto: theatlantic)

Melawan Lupa, 17 Tahun Tsunami Aceh



Berita Baru, Jakarta – 26 Desember 2004, tepat 17 tahun lalu tsunami lebih dari 40 m (Lhoknga) meluluhlantakkan pesisir wilayah Aceh. Bencana dahsyat itu menyebabkan ratusan ribu korban jiwa.

Tsunami Aceh 2004 masih menjadi pembahasan, mulai dari ketinggian gelombang air, gempa besar yang menjadi penanda, hingga total kerusakan dan korban jiwa.

Melawan lupa, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengingatkan peristiwa duka tersebut melalui akun media sosialnya.

Daryono menyebut, tsunami Aceh terjadi karena dipicu gempa bumi berkekuatan 9,2 SR yang terjadi yang terjadi di Samudera Hindia barat Aceh.

“Melawan lupa: hari ini 17 thn lalu, 26 Desember 2004 terjadi Tsunami Aceh. Gempa M9,2 di Samudra Hindia barat Aceh memicu tsunami lebih dari 40 m (Lhoknga),” tulis Daryono, Minggu (26/12).

Menurutnya, bencana tersebut menyebabkan lebih dari 230.000 orang meninggal dunia di 8 negara.

“menyebabkan lebih dari 230.000 orang meninggal di 8 negara. Di Somalia, yang jaraknya ribuan km dari Indonesia, korban meninggal lebih dari 100 orang,” ungkapnya.

Gempa Terbesar dan Terkuat

Sebagaimana dihimpun dari berbagai data, Tsunami Aceh terjadi karena interaksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Gempa ini tergolong gempa dangkal dan berpusat di dasar laut dengan kedalaman 10 kilometer.

Dasar samudera yang naik di atas palung Sunda mengubah dan menaikkan permukaan air laut. Dengan demikian, permukaan datar air laut ke arah pantai barat Sumatera ikut terpengaruh berupa penurunan muka air laut.

Beberapa gempa terjadi sebelum gelombang air laut menyapu daratan dan terlama berkisar 8-10 menit. Durasi gempa ini merupakan catatan sejarah tersendiri.

Gempa yang terjadi, merupakan gempa bumi terkuat yang pernah terjadi setelah di Prince William Sound, Alaska pada 28 Maret 1964.

Gempa Aceh merupakan gempa dengan magnitudo terkuat ketiga sejak tahun 1900.Gempa terkuat lainnya adalah gempa magnitudo 9,5 di Chile pada 22 Mei 1960, dan gempa bumi magnitudo 9,2 di Alaska pada 1964. Kedua gempa ini juga memicu tsunami.

Gelombang Tsunami Tinggi

Setelah gempa yang panjang dan memiliki magnitudo besar, gelombang pasang menyapu pantai dengan didahului surutnya air laut. Kemudian diikuti gelombang yang sangat besar.

Gelombang tsunami menerjang daratan dan masuk ke dalam kota. Diperkirakan gelombang tsunami yang menghantam pesisir Aceh setinggi 30 meter, dengan kecepatan 100 meter per detik atau 360 kilometer per jam.

Tsunami tinggi ini tidak hanya melanda pesisir barat Aceh, namun juga Sumatera bagian utara, pantai-pantai Srilanka, India, Thailand, Malaysia, Somalia, Bangladesh, Maladewa, hingga Kepulauan Cocos.

Jenis Tsunami Far Field

Gempa yang terjadi di Aceh pusat gempanya berada pada kedalaman 10 kilometer. Geomorfologi laut dan batimetri atau kedalaman laut dapat memengaruhi kuat dan tingginya gelombang tsunami yang menerjang pantai.

Bentuk geologi pantai di Aceh tergolong rumit. Di daerah itu teluk yang berasosiasi dengan tanjung telah menyebabkan konsentrasi energi gelombang di sekitar tanjung. Tsunami ini tergolong jenis far field yang memiliki perambatan hingga 1.000 km lebih.

Tsunami yang muncul akibat gempa pertama di Aceh penjalarannya ke utara dan barat laut hingga ke Sri Lanka dan Maladewa, masing-masing sekitar dua dan tiga jam setelah gempa Aceh. Sementara ke arah selatan, tsunami menerjang Pulau Simeulue, setengah jam kemudian.

Adapun gelombang pasang sampai ke Pulau Nias satu jam, lalu ke Kepulauan Mentawai satu setengah jam sesudah gempa.

Struktur Daratan Aceh Berubah

Dampak lain yang ditimbulkan oleh tsunami adalah terjadinya perubahan struktur bumi, yaitu naik-turunnya daratan Aceh.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh International Tsunami Survey Team di Pulau Simeulue, diperoleh fenomena naiknya daratan di pesisir barat Simeulue mencapai 1,5 m sepanjang 1 km.

Sebaliknya di Meulaboh, Calang, kawasan persawahan, kebun, dan ladang, telah berubah menjadi lautan.

Ratusan Ribu Jiwa Melayang

Melansir data Bank Dunia, jumlah korban akibat tsunami Aceh mencapai 167.000 orang, baik itu yang meninggal dunia maupun hilang.

Selain itu, tak kurang dari 500.000 orang kehilangan tempat tinggal. Jumlah korban jiwa itu belum termasuk korban tsunami di wilayah lain.

Seperti diketahui, tsunami yang terjadi di Aceh diakibatkan gempa dangkal di laut bermagnitudo 9,0, yang jaraknya sekitar 149 kilometer dari Meulaboh.

Secara keseluruhan ada 14 negara yang terkena dampak tsunami dengan jumlah korban mencapai 230.000 jiwa.

Pemerintahan Aceh Diambil Alih Pusat

Pasca-kejadian, kendali pemerintahan di Aceh diambil alih pemerintah pusat. Hal itu berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2004 tentang Langkah-langkah Penanganan Bencana Alam Gempa Bumi dan Tsunami di Provinsi NAD dan Sumatera Utara.

Dalam instruksi itu disebutkan seluruh pejabat eselon I Departemen Dalam Negeri (Depdagri) harus melakukan dukungan langkah-langkah komprehensif untuk bencana alam di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara (Sumut).

Langkah itu meliputi penanganan darurat, pemulihan mental, rehabilitasi, serta dukungan penyelenggaraan pemerintah daerah (pemda) terutama di NAD.

Untuk itu dibentuk Tim Asistensi Pemulihan Pemda NAD dan Sumut yang beranggotakan pejabat eselon I dan II. Dalam pelaksanaannya, tim asistensi dibantu para praja tingkat III (nindya praja) dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Tiga Hari Berkabung

Tsunami Aceh 2004 menjadi bencana alam terbesar di Indonesia sejak meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883. Kesedihan akibat bencana dahsyat itu dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, termasuk dunia.

Pasca tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 silam, Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono pun menetapkan tiga hari masa berkabung.

Peringatan 17 Tahun Tsunami Aceh

Sebagai peringatan 17 tahun bencana tsunami Aceh, pemerintah Aceh akan mengadakan beberapa rangkaian acara di Pelataran Parkir Pelabuhan Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh.

Rangkaian acara tersebut diantaranya yaitu doa bersama dan ziarah kubur bagi para syuhada yang syahid dalam bencana tsunami tersebut.

Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Muhammad Iswanto menyebut pada peringatan tahun ini diadakan pameran foto tsunami dan pemutaran video napak tilas Tsunami Aceh.