Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

KLHK
Webinar seri kedua, Refleksi Akhir Tahun 2021 KLHK, Jumat (17/12). (Foto: Tangkap Layar)

KLHK Klaim Karhutla di Kawasan Konservasi Menurun di 2021



Berita Baru, Jakarta – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut bahwa luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan konservasi sepanjang 2015-2021 menurun.

Hal itu diungkap Direktur Jenderal Konservasi, Sumber Daya Alam, dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Wiratno. Menurutnya, kebakaran di lahan konservasi cenderung terjadi karena kondisi cuaca yang ekstrim.

“Karhutla di kawasan konservasi memang terjadinya karena tingkat suhu yang tinggi, seperti kejadian terakhir di Pulau Rinca yang suhunya sampai 45 derajat celsius,” kata Wiratno dalam webinar seri kedua, Refleksi Akhir Tahun 2021, Jumat (17/12).

Ia menuturkan, berdasarkan data KLHK, karhutla di wilayah konservasi pada 2015 seluas 459.278 hektar. Sementara karhutla di wilayah konservasi pada 2021 hanya seluas 38.655 hektar.

Rinciannya pada 2016 sebanyak 110.221 hektare, 2017 seluas 35.994 hektar, 2018 seluas 79.565 hektar, 2019 seluas 227.666 hektar, dan pada 2020 seluas 21.968 hektar.

Secara kumulatif, lanjut Wiratno, dalam kurun waktu 2015-2021, kasus karhutla di wilayah konservasi seluas 973.357 hektar.

Pihaknya mencatat karhutla di hutan konservasi cenderung terjadi di wilayah belukar mencakup 24 persen dan savana 19 persen. Selama 2021 KLHK mencatat kebakaran hutan konservasi terjadi di 56 unit kawasan konservasi yang tersebar di 18 provinsi.

Karhutla terbanyak terjadi di region Jawa-Bali-Nusa Tenggara sebanyak 23 kawasan konservasi. Kemudian region Kalimantan 15 kawasan konservasi, region Sumatera 10 kawasan konservasi, region Sulawesi 7 kawasan konservasi, dan region Maluku-Papua 6 kawasan konservasi.

Menurut Wiratno, menurunnya kasus karhutla di wilayah konservasi tidak terlepas dari berkurangnya titik api (hotspot) pada 2021. Menurut data KLHK, titik hotspot pada 2021 menurun hingga 11,3 persen dari 2020.

“Titik hotspot pemantauan bersama tim KLHK menurun 11 persen tahun ini,” terang Woratno.

Wiratno menilai kasus karhutla menimbulkan kerugian pada manusia yakni munculnya penyakit ISPA, mengganggu aktivitas dan mobilitas masyarakat sekitar.