Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Ketum PPP Suharso Singgung Soal 'Amplop Kiai', Gus Mifta: Kali Ini Anda Menghina Kyai dan Pesantren!

Ketum PPP Suharso Singgung Soal ‘Amplop Kiai’, Gus Mifta: Kali Ini Anda Menghina Kyai dan Pesantren!



Berita Baru, Jakarta –  Pernyataan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa yang menyinggung ‘amplop untuk kiai’ saat berkunjung ke pondok pesantren menyita banyak perhatian.

Pernyataannya Kepala Bappenas Suharso yang menyinggung ‘amplop kiai’ itu disampaikan saat acara KPK memberikan pembekalan antikorupsi kepada pengurus PPP pada Senin, 15 Agustus 2022, lalu.

Salah satu tanggapan terkait pernyataan Suharso datang dari pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji Miftah Maulana Habiburrahman atau yang akrab disapa Gus Miftah.

Bagi Gus Mifta, pernyataan Suharso menghina marwah kiai dan pondok pesantren. Ia pun mempertanyakan maksud Suharso selaku Ketum PPP.

“Maksud anda apa ya pak ketua umum partai yang terhormat @suharsomonoarfa? Statemen anda sangat menghina Marwah kyai dan pondok pesantren,” tulis Gus Miftah pada akun Instagram pribadinya, yang disertai unggahan potongan video pernyataan Suharso Monoarfa, dikutip Kamis (18/8).

Gus Miftah lantas menjelaskan, terkait istilah tabarukan dalam khazanah pesantren.

“Dalam khazanah pesantren ada istilah tabarukan, yaitu ngalap berkah yang dilakukan oleh seorang santri atau jamaah kepada kyai, dengan salah satu caranya adalah silaturahmi atau sowan kepada kyai. Dalam silaturrohmi itu biasanya santri atau jamaah minta doa, minta nasehat atas problem dan hajatnya,” jelasnya.

Tokoh agama dari Nahdlatul Ulama kemudian menegaskan bahwa tidak ada permintaan dari kiai kepada orang-orang yang sowan harus memberikan amplop.

“Tidak ada permintaan kyai kepada para santri dan jamaah kalau sowan harus kasih amplop atau apapun, kalau toh ada itu justru inisiatif dari santri atau jamaah yang sifatnya sukarela sebagai rasa mahabbah seorang santri kepada kyai,” urainya.

Menurut Gus Miftah, menjadi kelaziman para tokoh politik memanfaatkan kiai untuk kepentingan politik. Kiai, lanjutnya, selama ini hanya terkesan dimanfaatkan. 

“Sudah menjadi kelaziman para tokoh politik memanfaatkan kyai untuk kepentingan politiknya, kyai selama ini hanya terkesan dimanfaatkan. Kalau butuh mereka sowan kyai, selesai butuh nya kembali meninggalkan kyai. Persis seperti daun salam dan laos, kalau masak sayur dicari pertama kali, sayurnya matang daun salam dan laosya dibuang pertama kali,” ujarnya.

“Kali ini anda menghina kyai dan pesantren dengan kalimat yang menyakitkan, saya sebagai santri yang biasa sowan kiai untuk tabarukan dan ngalap berkah meminta anda untuk klarifikasi dan minta maaf!!!,” pungkasnya.

Pernyataan Ketum PPP, Suharso Monoarfa

Pada video yang diunggah Gus Miftah, terlihat Kepala Bappenas Suharso Monoarfa memberikan sambutan dalam acara yang diselenggarakan oleh KPK untuk memberikan pembekalan anti korupsi kepada pengurus PPP.

Dalam kesempatan itu, Suharso menceritakan soal pengalaman pribadinya saat sowan kepada kiai besar dan pondok pesantren besar bersama temannya ketika menjadi ditunjuk sebagai PLT Ketua Umum PPP.

“Ini demi Allah dan Rasulnya, terjadi. Saya datang ke kiai itu bersama dengan beberapa kawan. Lalu saua pergi begitu saja. “Ya, saya minta doa, didoain. Kemudian saya jalan,” tuturnya.

Dalam ceritanya, Suharso menyebut setelah meninggalkan ponpes dirinya disindir soal amplop ke kiai. Suharso tak menyebut siapa orang yang menyindirnya.

Ketua Umum PPP itu kemudian menyayangkan adanya kebiasaan terima amplop yang dilakukan kyai. “Dan bahkan sampai saat ini, kalau kami ketemu di sana. Itu kalau salamannya tu nggak ada amplopnya, itu pulangnya itu, sesuatu yang hambar,” tutur Suharso.