Kasus Bullying Kim Ga Ram: ‘Agensi Harus Bertanggung Jawab Pada Korban’
Berita Baru, Entertainment – Dalam seminggu terakhir, nama Kim Ga Ram dari grup baru bernama Le Sserafim menjadi topik pembicaraan akibat skandal perundungan (bullying) yang diduga dilakukannya di masa lalu.
Kasus bermula pada 16 Mei, sebuah foto dokumen tersebar di komunitas online yang menampilkan catatan resmi dari rapat komite kekerasan sekolah. Dokumen berjudul “Pemberitahuan Hasil Komite Kekerasan Sekolah” tahun 2018 itu mencantumkan nama “Kim Ga Ram dari Tahun 1, Kelas 3” sebagai pelaku dalam insiden tersebut.
Di hari yang sama, seseorang mengunggah foto menunjukkan diri Kim Ga Ram bersama teman-temannya, memperkuat dugaan keterlibatannya dalam bullying di sekolah.
Tak hanya satu itu saja, sejak bulan lalu telah muncul berbagai tuduhan serupa di beberapa komunitas online. Netizen yang mengaku teman sekolah Ga Ram mengatakan, artis tersebut menindas teman sekelasnya dan merokok di bawah umur.
HYBE dan Source Music selaku agensi merilis pernyataan resmi yang menyangkal tuduhan tersebut dan mengklaim artisnya lah yang menjadi korban bullying di sekolah. Mereka juga telah mengambil tindakan hukum terhadap penyebar klaim. Sementara itu, Ga Ram telah menghentikan seluruh aktivitasnya.
Belajar dari Kim Ga Ram: ke mana agensi berpihak?
Agensi grup Le Sserafim pun tak lepas dari kritik. Para pengguna internet termasuk penggemar Le Sserafim meminta agensi belajar dari kasus ini. Lebih jauh, agensi atau label artis diminta tidak selalu menyangkal tuduhan perudungan.
“Jika kamu mau mengontrak artis, kamu harus tahu baik dan buruknya, jika ada. Kembangkan artismu. Jangan hapus masa lalu mereka,” tulis seorang penggemar di media sosial.
Dilansir dari The Korea Herald, penggemar bernama Namgung Yu Jin mengatakan, perusahaan agensi seharusnya melakukan yang lebih dari sekadar menyangkal tuduhan tersebut.
“Saya pikir mereka harus dihukum karena melindungi pelaku kejahatan, dan selebriti tidak boleh diizinkan tampil di televisi karena jeda yang tidak terbatas adalah hukuman terbesar yang bisa didapat seseorang,” ungkapnya.
Pengacara spesialis bidang perundungan di sekolah, Noh Yuun-ho, menegaskan perlunya perusahaan belajar menangani konflik dengan lebih sensitif. Langkah hukum yang diambil berpotensi mempersulit korban untuk melapor.
“Jika mereka terus merespons secara diam-diam atau mengambil tindakan hukum, suara para korban tidak akan pernah terdengar,” ujarnya kepada The Korea Herald. “Perusahaan harus menerima kesalahan penyanyi terlebih dahulu dan kemudian membantu para korban pulih dari masa lalu dan menyampaikan permintaan maaf yang tulus dengan bertanggung jawab penuh.”
Seorang pejabat dari lembaga untuk korban kekerasan di sekolah, Blue Tree Foundation, mengatakan bahwa agens K-Pop perlu lebih baik dalam menangani krisis hubungan masyarakat semacam ini.
“Korban mengingat kembali kenangan menyakitkan mereka melalui pengungkapan publik, tetapi agensi mencoba untuk mengabaikan skandal itu dengan mengatakan bahwa ada kekurangan bukti karena sulit untuk menyelidiki kasus yang terjadi sebelum debut. Ini bisa melukai para korban,” ungkapnya.
Ia menambahkan, korban tidak perlu mengalami kesedihan kembali jika perusahaan menangani tuduhan dengan benar sejak awal. “Agensi harus mendengarkan suara para korban, bukan selebritas yang berada di bawah mereka,” tambah pejabat tersebut.