Jual Bendera Merah Putih Setiap Agustus, Pedagang Ini Raup Untung Jutaan Rupiah
Berita Baru, Parepare – Pedagang bendera merah putih di pinggir jalan mulai merebak di Kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Salah seorang di antaranya bernama Dedi. Lelaki berusia 53 tahun itu berasal Bandung, Jawa Barat. Dia telah menjual bendera merah putih di Parepare selama 18 tahun.
Dedi sendiri ke Parepare sejak tahun 2003. Dirinya bersama rombongan lalu mencoba peruntungan dengan menjual bendera merah-putih.
“Awalnya ke Sulawesi langsung ke Parepare, di tahun 2003 awal menjual di sini dan sebelumnya pernah di Bone tapi beberapa hari dan pindah ke Parepare,” jelasnya Nded saapan akrabnya.
“Saya menjual bersama rombongan waktu itu dan datang lagi sampai sekarang,” sambungnya.
Dedi tidak sendiri ke Parepare, namun ditemani sang istri. Mereka saat ini tinggal rumah temannya.
“Kalau saya dari dulu hanya bersama istri dan tinggal di Jalan Andi Mappatola, di rumahnya teman. Setelah 17an akan kembali lagi ke Bandung,” ujarnya.
Saat pandemi, Dedi juga masih menjual bendera merah putih walau biaya transportasi sangat tinggi. Meski begitu dirinya memegang teguh keyakinan “kita usaha pasti ada rejekinya”.
“Iya, masih menjual waktu corona. Biaya transportasi besar sekali tapi karena tujuannya kita usaha pasti ada rejekilah. Lumanyanlah pas corona kemarin Rp.3 juta rupiah keuntungan,” ungkapnya.
Sebelum merebaknya Covid-19, Dedi mampu meraup untuk hingga Rp.5-6 juta.
“Sebelum korona, rata-rata hasil penjualan Rp.5 juta sampai Rp.6 juta karena pembeli belum terpecah dan belum banyak penjual,” ujarnya.
“Sudah korona banyak penjual dan akhirnya pembeli pun terpecah,” tambahnya.
Walau telah menjual kurang lebih 18 tahun, Dedi menyebutkan omsetnya tidak menentu. Setiap harinya hanya beberapa lembar saja yang terjual.
“Kalau omset itu tidak menentu. Alhamdulillah lumanyanlah ada beberapa terjual setiap harinya. Kalau hitungan ecerannya, kita hitungan perlembar. Ada harga Rp.25 ribu rupiah, Rp.20 ribu, tergantung dari jenis barangnya,” katanya.
Tak hanya itu, Dedi juga harus memikirkan modalnya yang menyentuh jutaan rupiah dan apalagi dagangan yang dijualnya itu milik konveksi di Bandung.
“Modal saya itu sampai jutaan rupiah, biaya transportasi dari Bandung ke sini lumayan mahal dan total modal susah hitungnya karena ada juga barangnya bos,” bebernya.
“Kalau hitung-hitungannya, ada bisa dikantongi sisa dari pengeluaranlah, seperti makan, bensin, dan biaya lainnya dan keuntungan saya itu sampai Rp.100 ribu sampai Rp.125 ribu rupiah perhari,” ungkapnya.
Ditanyakan soal pembelinya, Dedi mengutarakan pembelinya sudah mulai banyak menjelang puncak hari Proklamasi.
“Alhamdulillah pembeli juga mulai banyak, apalagi juga tidak pernah pindah-pindah dan rata-rata juga yang sering membeli dari kantor-kantor,” ujarnya.
Pria asal Bandung itu juga mengatakan telah menjula sejak bulan lalu 25 Juli 2022 hingga sekarang.
“Sudah tanggal 25 juli, lumanyanlah pembeli karena pelangggan masih ada sering beli disini. Salah satunya tadi dari kantor Bank,” pungkasnya.