Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Jenderal Angkatan Darat Sudan Setuju untuk Melakukan Pembicaraan dengan Pemimpin Paramiliter Saingan
(Foto: Aa.com)

Jenderal Angkatan Darat Sudan Setuju untuk Melakukan Pembicaraan dengan Pemimpin Paramiliter Saingan



Berita Baru, Internasional – Panglima militer Sudan, Abdel Fattah Burhan, telah setuju untuk melakukan pembicaraan dengan komandan paramiliter pemberontak, Mohamed Hamdan Daglo, kata penjabat menteri luar negeri Sudan Selatan, Rabu (26/4).

Seperti dilansir dari Sputnik News, Kementerian Luar Negeri Sudan Selatan mengatakan pada hari Senin bahwa Presiden Salva Kiir telah menghubungi saingan militer Sudan untuk memperpanjang gencatan senjata 72 jam setelah Rabu untuk menciptakan suasana yang kondusif untuk pembicaraan damai.

Penjabat Menteri Luar Negeri Sudan Selatan, Deng Dau Malek, mengatakan kepada media Arab bahwa presiden telah meminta Jenderal Burhan untuk mengadakan pertemuan dengan Daglo atau perwakilannya, tanpa menyebutkan lokasinya.

“Burhan pada prinsipnya setuju untuk kemungkinan mengadakan pembicaraan dengan Daglo … Presiden kami sedang mencoba menghubungi Daglo untuk menawarkan kemungkinan bertemu dengan Burhan,” saluran berita berbahasa Arab mengutip ucapan Malek.

Kemudian pada hari itu, seorang pejabat angkatan bersenjata Sudan mengatakan kepada penyiar Arab bahwa Burhan tidak akan mengadakan pembicaraan dengan Daglo.

“Tidak ada negosiasi dengan pemberontak, baik di Sudan Selatan maupun di negara lain … Burhan tidak akan pergi ke negara lain untuk bertemu dengan pemimpin pemberontak,” kata pejabat yang tidak disebutkan namanya itu.

Pejabat itu menambahkan bahwa pertempuran sedang dilakukan untuk mengakhiri “pelanggaran hukum” Pasukan Dukungan Cepat dan untuk mengalahkan mereka di Khartoum, demikian bunyi laporan itu.

Bentrokan antara tentara reguler Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter pecah pada 15 April setelah ketegangan yang lama meningkat di dalam militer. PBB memperkirakan bahwa lebih dari 400 orang tewas dan ribuan lainnya mengungsi akibat perebutan kekuasaan yang sedang berlangsung. Negara-negara telah mengevakuasi warga negara dan diplomat mereka dari Sudan sejak Minggu.