Hal Yang Baik Dari Jendela | Puisi-Puisi Khanafi
Hal Yang Baik Dari Jendela
1
dalam cermin membuka hari
pepohonan awan berlari
kukenangkan natal, sungai-sungai
warna violet pada langit
dan bekas malihan batu di pasir
pantai. dari tiang memandang
bukit
dan hal-hal yang baik
tak pernah kutemui
kota pada sisa udara pagi
menyadap dada
2
mungkin di tepi tak bernama
kepada guguran segala gugur
yang berpiringan senja
ah, bau gelap yang melengkung itu
bagai bingkai lukisan pameran kematian
dan seluruh soreku
adalah cita rasa seni yang baik
dan yang tak terhitung
terlupakan
dan yang tak dikenang
luput dipandang
2020
Kamar Kematian
di kamar hanya ditemukannya
sesobek langit dengan bintang kecil-kecil
yang berkedip membosankan. Wajah
sehelai kenangan yang tak menyapa
siapa pun
dan di luar jendela angin hampa,
angin menggores hampa
2020
Menjelang Natal
: Maria
pada malam natal nanti
ingin kukenang rambutmu yang hentam
kian menghilang ke tugur masa depan
maria, di atas malam seribu ranjang
telah kauhamilkan sepiku yang lebam
tempat segala luka perahu karam
juga salib di dinding kamar tenggelam
pada malam-malam yang panjang
sakitku adalah sakit yang tahan terhadapmu
demam yang menghitung sesaat detik
jam yang menghardik
selalu kau rindukan natal pada pelukku
selalu pelukku merindukan kamu
2020
Dentang
ada sebuah lonceng berderai di pantai
ketika jejak-jejak kaki mengukirnya
dan seorang pasasir berhenti sejenak
memandang langit yang kapas
di bawah cuaca yang ekstase
dan angin berayun lepas
merenung perbukitan
dan sebuah gema melipir
dari batu ke pasir
dan lagu terbaik, sayang
dari detik ke detik dengar
merepang ke jauh pendengaran
masa lalu ialah burung-burung balam
yang beradu gulat di dahan
ke pasir. senja mengatup
dan pintu tertutup
tapi sisa suaranya masih berderit
sayang, sayangku tak boleh sakit
2020
Potret Instalasi Bambu
: Lin Mur Sal
suatu hari kau berkata,
“Seni rupa tiga dimensi adalah segalanya.”
lalu aku pun diam. mematung.
di tanganmu terlinting tembakau putihan
dan halaman tersaput terik
di hadapanku ratusan bambu
bisa kususun menutup gedung
mungkin juga sepotong langit
di mana burung-burung mengepak sayap
dan kau membaca desain rancangannya
pada lembar-lembar A4
abstrak ekspressionis.
jackson pollock.
kini bambu itu telah terbentang
mengadap jalanan besar
teranyam, terpasang, terbentuk!
mungkin wajah
mungkin aku tak mengerti
sebab kau berkata:
“ini abstrak murni.”
lalu seketika aku pun meruang
ke dalam bambu-bambu itu
mencari makna
atau menikmati saja
aku berhenti. presisi!
suatu hari, di hadapan instalasi
seakan aku berada di galeri
terbuka
dan Tuhan.
di langit aku kehabisan kata
aku butuh ekstase
cuaca begitu cerah
walau malam memasuki tidur
tak masuk akal
aku terkenang bau bambu itu
ranjang bagi keberangkatan mimpi
2020
Khanafi, lahir di Banyumas, Jawa Tengah, pada 4 Maret 1995. Tulisan-tulisannya berupa puisi dan cerpen tersiar di beberapa media massa baik daring maupun cetak, seperti: Detik.com, Maghrib.id, Koran Tempo, Beritabaru.co, Ceritanet.com, Kompas.id, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Radar Banyuwangi, Radar Banyumas, dll, serta terikut dalam berbagai buku antologi bersama seperti: Antologi Komunitas Dari Negeri Poci: Negeri Bahari (2018) dan Pesisiran (2019), Antologi Tembi Rumah Budaya: Kepada Hujan Di Bulan Purnama (2018) dan Hujan Pertama Di Bulan Purnama (2021), Alumni Munsi Menulis (2020), dll. Penulis berkhidmat di Forum Penulis Solitude (FPS). Sehari-harinya bekerja sebagai editor lepas dan penjual buku lawas. Buku kumpulan puisi pertamanya bertajuk Akar Hening Di Kota Kering (SIP Publishing & FPS: 2021). Sekarang bolak-balik Purwokerto-Yogyakarta sembari merampungkan novelnya dan sebuah buku kumpulan cerpen.