Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Nuwo Badik | Puisi-Puisi: Isbedy Stiawan ZS
Ilustrasi: Irfanhasra

Nuwo Badik | Puisi-Puisi: Isbedy Stiawan ZS



Nuwo Badik 1

seperti menulis puisi
di lempengan besi
setiap kata
menjadi baja
setiap kata
serupa mata
menancap ke mana
menatap yang ada

seperti menulis puisi
dipanaskan dalam bara
ditoreh dengan cinta
di lempengan baja
yang memiliki mata
amatlah tajam

kau perajin itu
yang menjadikan kata
jadi lembut. kau
asah jadi tajam
melukai pelanpelan
atau sekali menghunjam!

Panaragan, 30 Nov 2021

Nuwo Badik 2

dari bilahbilah baja
dibakar sampai ikuti

maumu; jadi badik

akulah badik itu kini
untuk kalian inginkan

semisal satu kata
jadi baris kalimat
untuk kau ucapkan

merayu ombak
agar surut
mengajak gelombang
antar kapal ke dermaga

menenangkan amarah
supaya amanah

akulah badik itu
terselip rapi
di balik baju
atau di almari
sebagai hiasan
mata memandang

akulah badik itu
menjaga tuan
dari ancaman

jangan ancam aku,
badiklah aku!

Tubaba 30 Nov-Balam 2 Desember 2021

Nuwo Badik 3

aku datang ke rumahmu
kumau sebilah badik bergagang
dan sebuah rumah untuk tubuhnya
tidur jika lelah. akan kubangunkan
kalau sekiranya musuh menyerangku
atau mampir tanpa assalamualaikum

kau bisa siapkan? itu api menyala,
bakarlah lempengan baja. bukan
mantra seperti Mpu Gandring
membuat keris lalu membunuh dirinya
dan Tunggul Ametung untuk
mengawini Ken Dedes nan jelita

aku bukan Ken Arok, puakhi, hanya
ingin memiliki badik tempahanmu
untuk kukenang jadi silsilah

masalalu poyangpoyangku

: di rumah pun badik di pinggang
seakan mengganti belikat yang hilang

bakarlah lempengan baja itu
tempah hingga pipih. asah
berwaktuwaktu

tajamlah matanya;
yang sembunyi akan terbaca

yang berkhianat
akan mati sekarat

aku bukan Ken Arok
tak kutujahkan badik itu
pada Tunggul Ametung

tak mau kupanggul kutuk
tujuh temurun membunuh

tak!

Bandar Lampung, 4 Desember 2021

Nuwo Badik 4

tundukkan tatapanmu
usah pandang aku seperti
itu, kata lempengan baja
sebelum ia masuk api
menyalanyala. ah, aku
teringat bayi yang hendak
dimasukkan ke kuali sedang
ibu amat risau; “sabar ibu,
Allah sangat menyukai
orang sabar. insyaAlllah
aku dalam lindungan-Nya.”

lalu kau dibakar juga. api
menyala dan membuatmu
bagaikan lempung. Seseorang
yang ingin membikin cangkir
– kekal dalam genggaman
menemani minum pagi dan
malam – begitupun kau jadi
badik, menghiasi pinggangku
atau almari koleksi

tundukkan tatapanmu,
aku tak bisa dipandangi
curiga seperti itu. Aku
ikhlas dibakar – dihajar
sebagai torehan tangan
perkasa. jadi badik temanmu
nanti, bisikmu lagi

bagaimana mungkin
aku akan berpaling?

Taman Untung, 3 Desember 2021

Nuwo Badik 5

aku ada di hati orangorang
yang selalu tersenyum
dengan membiarkan aku
sebagai milik masa lalu

aku akan datang pada orangorang
yang berhati api, wajah dipenuhi
air panas. aku ngaceng di tangannya
tak terkulai meski ada yang terluka
oleh tubuhku terbuat dari darah setan

Bandar Lampung, 6 Desember 2021

Catatan: 1) nuwo (rumah) badik (senjata tajam) khas Lampung, adalah pengrajin pembuatan badik berada di uluan nughik, tuba barat yang diresmikan pada 1 Desember 2021. Harga badik bervariasi. 2) puakhi adalah saudara dalam bahasa orang Lampung; brader dalam pergaulan secara luas.


Isbedy Stiawan ZS, lahir di Tanjungkarang, Lampung, dan sampai kini masih menetap di kota kelahirannya. Ia menulis puisi, cerpen, dan esai juga karya jurnalistik. Dipublikasikan di berbagai media massa terbitan Jakarta dan daerah, seperti Kompas, Republika, Jawa Pos, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Media Indonesia, Tanjungpinang Pos, dan lain-lain.

Buku puisinya, Kini Aku Sudah Jadi Batu! masuk 5 besar Badan Pengembangan Bahasa Kemendikbud RI (2020), Tausiyah Ibu masuk 25 nomine Sayembara Buku Puisi 2020 Yayasan Hari Puisi Indonesia, dan Belok Kiri Jalan Terus ke Kota Tua dinobatkan sebagai 5 besar buku puisi pilihan Tempo (2020).

Buku-buku puisi Isbedy lainnya, ialah Menampar Angin, Aku Tandai Tahilalatmu, Kota Cahaya, Menuju Kota Lama (memenangi Buku Puisi Pilihan Hari Puisi Indonesia, tahun 2014): Di Alunalun Itu Ada Kalian, Kupukupu, dan Pelangi, dan Kau Kekasih Aku Kelasi (Siger Publisher, 2021), Masih Ada Jalan Lain Menuju Rumahmu (Siger Publisher, 2021), Tersebutlah Kisah Perempuan yang Menyingkap Langit (Teras Budaya, 2021), Buku Tipis untuk Kematian (basabasi, 2021), Mendaur Mimpi Puisi yang Hilang (Siger Publisher, 2022) dan Nuwo Badik, dari Percakapan dan Perjalanan (Siger Publisher, 2022).