Glokalisasi dan Akreditasi Internasional | Artikel: Dewi Komalasari
Dewi Komalasari
Tuntutan globalisasi dalam dunia pendidikan tidak bisa kita hindarkan. Salah satunya perguruan tinggi Indonesia di dorong meraih akreditasi internasional melalui peningkatan kualitas dosen, mutu, dan pelayanaan pendidikan. Bersemangatnya pemerintah mendukung perguruang tinggi mengikuti akreditasi internasional bertujuan agar perguruan tinggi di Indonesia mendapat jaminan kualitas di mata publik internasional.
Selain itu kampus tersebut akan menjadi pilihan mahasiswa asing ketika studi di Indonesia dan dikenal oleh perguruan tinggi lain di luar negeri. Alasan tersebut membuat pimpinan perguruan tinggi berlomba mengikuti berbagai macam jenis akreditasi internasional yang di tawarkan. Tentu ini berdampak pada keuangan dan manajemen perguruan tinggi tersebut, karena harus menyediakan mutu pelayanan dan kualitas lulusannya.
Dari kesemua itu ada hal yang harus diperhatikan oleh perguruan tinggi yang mengikuti akreditasi internasional, yaitu bagaimana program study atau jurusan yang akan mengikuti akreditasi internasional memiliki karakteristik khas lulusannya. Karakteristik ini yang akan membedakan lulusan tersebut dengan program studi/ jurusan yang sejenis di universitas lainnya. Kekhasan karakteristik program studi/jurusan bukan hanya bagian dari pertanyaan asesor akreditasi internasional, tetapi merupakan kekuatan mahasiswa lokal dan asing untuk tertarik belajar di program study/jurusan tersebut dan itu menjadi bagian dari kualitas lulusannya. Mengutip dari “Changing Landscapes and Shifting Perspectives in a Glocalised Learning Environment” Gertrude Shotte (2019) menjelaskan bahwa kekuatan globalisasi dan tuntutan daya saing global membentuk kondisi lokal untuk menjadi glokalisasi. Dimana kekhasan program studi/jurusan menjadi magnet semua calon mahasiswa dan menjadi pertemuan lintas budaya yang akan menjadi keseimbangan kekuatan ekonomi dan politik.
Sehingga untuk merumuskan kekhasan program studi/jurusan tertera dalam buku paduan akreditasi internasional yang di keluarkan oleh Kementerian Ristekdikti. Dinyatakan bahwa “diperlukan upaya strategis dan melakukan persiapan yang tepat dan sesuai dengan kapasitas danpotensi yang dimiliki oleh program studi untuk menyetarakan secara global”. Shotte mengatakan bahwa dalam komunitas program studi/jurusan memiliki tradisi yang kuat dari lingkungan belajar dan budaya sekitar. Hal ini dapat dipadukan dengan teknologi yang membantu orang untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan cara pandang di lingkungan yang terglokalisasi. Yang artinya program studi/jurusan harus memperhatikan kebutuhan zaman dan dunia kerja dengan memadukan kearifan lokal dan budaya setempat.
Poin penting diatas menjelaskan ketika merumuskan karakteristik kekhasan program studi/jurusan, program studi/jurusan harus memahami karakter mahasiswa dan keilmuannya. Apakah mahasiswanya itu rata-rata berasal dari kalangan mampu atau tidak mampu. Karena akan menentukan pangsa pasar di luar negeri maupun di dalam negeri. Selain itu apakah sebaran mahasiswanya itu berasal dari berbagai daerah di indonesia, dari propinsi itu saja atau dari kota itu saja. Setelah itu program studi/jurusan harus memahami keilmuan dan kurikulumnya. Apakah diluar negeri ada keilmuan yang sama dengan program studi/jurusan tersebut.
Apakah kurikulum program studi/jurusan menawarkan program yang menarik sesuai kebutuhan jaman dan dunia kerja Hal ini perlu menjadi pertimbangan, karena calon mahasiswa akan menyesuaikan diri dengan universitas yang diambil. Faktor eksternal ini harus disadari oleh perguruan tinggi yang akan mengikuti akreditasi internasional. Apakah dengan mengikuti akreditasi internasional program studi/jurusan bisa memiliki daya saing.
Setelah mengetahui hal tersebut, program studi/jurusan bisa merumuskan lingkungan dan budaya perguruan tinggi itu berada. Program studi/jurusan harus dapat menceritan nilai budaya setempat dan lokasi universitas itu berada dan apa yang bisa menjadi daya tarik. Selanjutnya program studi/jurusan harus bisa memiliki suasana belajar yang bagus dan fasilitas yang nyaman. Yaitu universitas memiliki perpustakaan yang bagus dengan referensi buku-buku yang baik, tempat belajar yang nyaman dengan adanya kemudahan internet, ruang kelas, labotarium dan tempat diskusi yang nyaman. Selain itu adanya fasilitas yang lain berupa kantin yang nyaman, ada mini market, asrama dan tempat fasilitas yang lain untuk mempermudah kehidupan kampus.
Karakter dosen yang low profile tetapi memiliki kualitas yang bagus juga merupakan salah satu rumusan. Karena calon mahasiswa juga akan mempertimbangkan hal tersebut yang nantinya akan berdampak kepada hasil lulusannya. Apakah nanti dosennya akan membimbingnya dengan baik dan dapat mentransfer ilmu yang berkualitas. Karakter dan cara kerja dosen tanpa disadari mencerminkan universitas dan negara itu berasal. Biasanya calon mahasiswa asing sudah mepertimbangkan itu, mereka mempertimbangkan budaya dosen antar universitas dan antar negara. Terakhir adalah pelayanan universitas atau pelayanan program studi/jurusan yang nyaman. Apakah universitas atau program studi/jurusan memiliki website dengan empat bahasa, yaitu Indonesia, Inggris, Mandarin dan Arab. Selain itu apakah website itu memiliki kemudahan mengakses dan keramahan serta respon cepat pelayanannnya. Rumusan ke khasan program studi/jurusan menjadi magnet untuk membuat calon mahasiswa tertarik belajar di universitas tersebut, sehingga ini menjadi syarat untuk mengikuti akreditasi internasional.
Hal ini memerlukan pemikiran yang arif oleh pimpinan perguruan tinggi saat merumuskannya, apa yang menjadi kekuatan dari masing-masing prodi/jurusan. Karena untuk mendaftar akreditasi internasional juga memerlukan biaya yang tidak sedikit dan SDM yang berkompeten. Jangan sampai hanya karena gengsi justru akan mempermalukan universitas tersebut sehingga dampaknya akan terasa pada universitas itu sendiri dan nasional.
Penulis adalah Mahasiswa S3 Dikdas Unesa. dewi.21008@mhs.unesa.ac.id