Gelar Kongres Ilmuwan Muda Indonesia, ALMI Perkuat Arsitektur Sains Masa Depan
Berita Baru, Jakarta – Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) gelar sidang paripurna dan Kongres Ilmuwan Muda Indonesia (KIMI) pertama, pada tanggal 2 hingga 4 Desember 2022, di Perpustakaan Nasional, Jakarta. KIMI pertama ini mengusung tajuk ‘Memperkuat Arsitektur Sains Masa Depan oleh Ilmuwan Muda Indonesia’.
Ketua ALMI, Dr Sri Fatmawati, mengatakan bahwa ALMI adalah wadah untuk ilmuwan muda Indonesia terkemuka. ALMI sendiri bernaung di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) yang berdiri pada 20 Mei 2015 dan disahkan berdasarkan Keputusan Presiden RI No.9/2016 tentang Revisi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AIPI.
“Oleh karenanya ALMI berkepentingan untuk memikirkan arsitektur sains masa depan ilmuwan muda Indonesia untuk mendukung Kebijakan pemerintah yang berbasis sains demi kesejahteraan dan jaminan keadilan di masyarakat,” kata Sri Fatmawati dalam sambutannya.
Perempuan yang akrab disapa Dr Fatma itu juga menegaskan bahwa Kongres ini akan menjadi titik pijak dalam melakukan revisi buku SAINS 45 Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia Menyongsong Satu Abad Kemerdekaan untuk disesuaikan dengan kondisi sosial, politik dan pengetahuan sains hari ini.
“Isu tentang pentingnya kebebasan akademik demi produksi pengetahuan yang berkualitas dan bermanfaat baik secara jangka panjang dan jangka pendek. Science is a way of humanity. Be brave and progressive!” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua AIPI, Prof Satriyo menekankan perlunya pengembangan sains dasar yang selama ini belum mendapatkan perhatian serius dari pemerintah.
“Padahal penelitian sains dasar sangat penting dan dapat dirasakan manfaatnya secara jangka Panjang dalam penelitian terapan lanjutan yang memiliki revenue tinggi terhadap Pengembangan ekonomi dan kemasyarakatan,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Prof Bruce dari Amerika Serikat menyatakan, di antara banyak negara di dunia, alokasi investasi dana untuk Pengembangan sains adalah yang terendah hanya 0,28 persen dari total GDP dibandingkan dengan Korea Selatan yang saat ini memimpin produksi teknologi informasi yang mengalokasikan 4,81 persen dari total GDP nya untuk Pengembangan penelitian.
“Pemerintah Indonesia harus didorong untuk lebih banyak melakukan investasi terhadap penelitian jika ingin menjadi negara yang maju di masa depan,” ujar Prof Bruce saat memberikan sambutan secara daring.
Setelah paparan para pembicara kunci, Kongres yang dihadiri oleh 100 an ilmuwan muda dari seluruh Indonesia ini dibagi menjadi Sembilan kluster yang bertugas melakukan identifikasi dan penyesuaian agenda SAINS 45 dengan kondisi dunia saat ini.
Sembilan kluster itu diantaranya; Pertama tentang Identitas, Keragaman dan Budaya yang dikoordinir oleh Dr. Evi Eliyanah; Kedua Kepulauan, Kelautan dan Sumberdaya Hayati yang dikoordinir oleh Dr. Agung Nugroho; Ketiga tentang Kehidupan, Kesehatan dan Nutrisi yang dikoordinir oleh Dr. Rizky Abdullah; Keempat Cluster tentang Material dan Sains Komputasi dengan Dr. Grandprix Kadja sebagai koordinator; Kelima terkait Air, Pangan dan Energi dengan coordinator Dr. Tatas Brotosudarmo.
Klaster keenam adalah tentang Bencana dan Ketahanan Masyarakat terhadap Bencana dengan Dr. Iqbal Elyazar sebagai Koordinator; Ketujuh tentang Bumi, Keadilan Iklim dan Alam Semesta dengan Dr Reinard Primulando sebagai koordinator; Kedelapan tentang Ekonomi dan Masyarakat yang dikoordinir Dr. Aidy Halimanjaya; dan cluster terakhir kesembilan tentang Hukum dan Tata Kelola Pemerintahan Yang Demokratis yang difasilitasi oleh Dr. Fachrizal Afandi.
Dalam kesempatan yang sama, ALMI juga mengadakan sidang paripurna, menerima 20 (dua puluh) anggota terpilih yang diseleksi secara ketat, dan juga serah terima Ketua ALMI Dr Sri Fatmawati ke Dr. Gunadi yang akan memimpin selama dua tahun kedepan hingga 2024.