Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Ganjar Pranowo saat berbicara di acara Kadin (Foto: Humas Kadin)
Ganjar Pranowo saat berbicara di acara Kadin (Foto: Humas Kadin)

Ganjar Pranowo: Transisi Energi Perlu Dilakukan Bertahap



Berita Baru, Jakarta – Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, mengungkapkan niatnya untuk melakukan transisi energi secara bertahap jika terpilih dalam Pilpres 2024. Pernyataan ini muncul sebagai tanggapan terhadap pertanyaan Wakil Ketua Umum Koordinasi Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Shinta Kamdani, terkait strategi Ganjar dalam menyeimbangkan transisi energi dengan kemampuan masyarakat.

Shinta Kamdani menyampaikan data bahwa sekitar 100 juta atau 52 persen dari populasi Indonesia memiliki daya beli rendah, dengan 25 juta orang masih tergolong masyarakat miskin.

Ganjar Pranowo menjawab, “Tapi kalau tiba-tiba duitnya enggak ada, dan kemudian sumber daya existing kita juga tiba-tiba akan hilang. Maka ada gradual.”

Ganjar menegaskan bahwa tanpa melakukan transisi energi dari sekarang, masalah di masa depan akan lebih serius. Meski mendapatkan saran untuk tidak langsung beralih ke energi baru terbarukan (EBT), Ganjar berkomitmen untuk bermitra dengan negara lain dalam transisi energi. Jika daya beli masyarakat masih rendah, ia akan menciptakan industri yang membutuhkan energi besar untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi.

“Maka kita bisa dorong. Umpama kita memproduksi sendiri. Solar panel umpama. Kalau kita produksi sendiri, kenapa tidak? Pasir silika kita punya loh. Energi yang sekarang sedang berlebih dari PLN di Jawa, kenapa kita tidak menciptakan industri yang membutuhkan energi besar? Maka ini ruang yang kemudian bisa mem-balance untuk pertumbuhan ekonomi menjadi naik,” ungkap Ganjar.

Ganjar Pranowo menekankan potensi energi baru terbarukan, seperti energi panas bumi dan gas rawa, serta praktik desa mandiri dalam penerapan EBT. Pilihan transisi energi secara bertahap diambil untuk menghindari utang negara yang mencapai Rp1.300 triliun jika tidak mengambil langkah preventif.