Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

The Group of Twenty atau dikenal dengan G20 setujui bantuan untuk cegah krisis kemanusiaan Afghanistan. Foto: AFP.
The Group of Twenty atau dikenal dengan G20 setujui bantuan untuk cegah krisis kemanusiaan Afghanistan. Foto: AFP.

G20 Setujui Bantuan Untuk Cegah Krisis Kemanusiaan Afghanistan



Berita Baru, RomaThe Group of Twenty atau dikenal dengan G20 setujui bantuan untuk cegah krisis kemanusiaan Afghanistan, bahkan jika itu berarti harus mengoordinasikan upaya dengan Taliban.

Hal itu disampaikan oleh Perdana Menteri Italia dan Ketua G20, Mario Draghi setelah menjadi tuan rumah pertemuan puncak darurat pada Selasa (12/10).

Dalam pertemuan itu, Uni Eropa menjanjikan satu miliar euro ($1,2 miliar) untuk kebutuhan kemanusiaan yang mendesak dan juga untuk membantu negara-negara tetangga yang menampung warga Afghanistan yang telah melarikan diri sejak Taliban menguasai negara itu pada 15 Agustus.

“Pada dasarnya ada konvergensi pandangan tentang perlunya menangani keadaan darurat kemanusiaan,” kata Draghi kepada wartawan di akhir konferensi video khusus, dilansir dari Al Jazeera.

Dalam pertemuan yang digelar virtual itu, hadir juga Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Perdana Menteri India Narendra Modi dan banyak pemimpin Eropa, sementara Taliban mengadakan pembicaraan tatap muka pertama dengan delegasi AS-Uni Eropa di Qatar.

Yang menjadi perhatian dalam pertemuan itu adalah Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak hadir dan memilih untuk mengirim perwakilan.

Namun, Draghi menegaskan ketidakhadiran kedua pemimpin itu tidak mengurangi pentingnya pertemuan yang diselenggarakan oleh Italia.

“Ini adalah respons multilateral pertama terhadap krisis Afghanistan … multilateralisme akan kembali, dengan susah payah, tetapi akan kembali lagi,” kata Draghi.

Ada kesepakatan bulat di antara para peserta tentang perlunya meringankan krisis di Afghanistan, di mana aset negara di luar negeri telah dibekukan, bank kehabisan uang, pegawai negeri belum dibayar, dan harga pangan melonjak.

Jutaan orang berisiko mengalami kelaparan parah saat musim dingin mendekat.

“Untuk berdiri dan menyaksikan 40 juta orang terjun ke dalam kekacauan karena listrik tidak dapat disuplai dan tidak ada sistem keuangan, itu tidak dapat dan tidak boleh menjadi tujuan komunitas internasional,” kata Kanselir Jerman Angela Merkel kepada wartawan.

Uni Eropa menekankan uangnya akan masuk ke organisasi internasional yang bekerja di lapangan daripada ke Taliban, yang sampai sekarang belum diakui oleh pemerintah lain mana pun.

Sebagian besar upaya bantuan G20 akan disalurkan melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa, tetapi juga akan ada bantuan langsung antar negara.

Koordinasi Bukan Pengakuan

Draghi mengatakan bahwa Taliban sangat penting untuk menyalurkan bantuan.

“Sangat sulit untuk melihat bagaimana seseorang dapat membantu rakyat Afghanistan … tanpa semacam keterlibatan pemerintah Taliban. Jika mereka tidak ingin kita masuk, kita tidak akan masuk,” ujarnya.

Draghi menekankan bahwa berkoordinasi dengan Taliban tidak berarti mengakui pemerintahan mereka dan bahwa Taliban akan dinilai berdasarkan perbuatan mereka, bukan kata-kata mereka.

Dia mencatat dunia sangat prihatin dengan nasib perempuan di negara miskin itu.

“Saat ini kami tidak melihat kemajuan,” kata Draghi.

Dalam pernyataan bersama setelah pertemuan itu, para pemimpin G20 meminta Taliban untuk menangani kelompok garis keras yang beroperasi di luar negeri.

Program kemanusiaan di masa depan harus fokus pada perempuan dan anak perempuan, dan perjalanan yang aman harus diberikan kepada orang-orang Afghanistan yang ingin meninggalkan negara itu, tambahnya.

Presiden Turki Recip Tayyip Erdogan mengatakan kepada KTT itu dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi nasional bahwa Taliban belum memberikan apa yang diharapkan.

“Kami belum melihat inklusivitas yang diperlukan dari mereka dalam masalah bantuan kemanusiaan, keamanan dan pencegahan Afghanistan menjadi basis organisasi teror dan pencegahan ekstremisme,” kata Erdogan.

Sementara itu, Gedung Putih mengatakan para pemimpin telah membahas “kebutuhan kritis untuk mempertahankan fokus laser pada upaya kontraterorisme kami yang berkelanjutan, termasuk terhadap ancaman dari ISIS-K”.

Menjelang pertemuan itu, China menyerukan agar sanksi ekonomi terhadap Afghanistan dicabut dan miliaran dolar aset internasional Afghanistan dicairkan dan diserahkan kembali ke Kabul.

AS dan Inggris, dua negara yang banyak menahan aset Afghanistan, menolak upaya ini, dan tidak disebutkan masalah itu dalam pernyataan akhir.