Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Ekonomi Indonesia Turun Kelas, AHY: Idealnya Kita Selalu Naik Kelas

Ekonomi Indonesia Turun Kelas, AHY: Idealnya Kita Selalu Naik Kelas



Berita Baru, Jakarta – Bank Dunia menggunakan indikator Gross National Income (GNI) atau Pendapatan Nasional Bruto perkapita sebagai ukuran untuk menetapkan kelas ekonomi suatu negara.

Jika GNI Perkapita suatu negara sebesar US$1.046-US$4.095, maka masuk dalam kategori negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower middle income). Sedangkan negara dengan kategori berpenghasilan menengah ke atas (upper middle income) apabila memiliki GNI perkapita sebesar US$4.096-US$12.695.

Pada 1 Juli 2021 lalu Bank Dunia kembali merilis laporan yang menyebutkan Indonesia turun kelas dari kategori berpenghasilan menengah ke atas menjadi kategori berpenghasilan menengah ke bawah. Karena GNI perkapita Indonesia turun dari US$4.050 menjadi US$3.870, akibat tekanan pandemi COVID-19 selama setahun terakhir.

“Indonesia, Mauritius, Rumania, dan Samoa sangat dekat dengan ambang klasifikasi pada 2019 dan mereka mengalami penurunan Atlas GNI per kapita karena covid-19 yang mengakibatkan klasifikasi lebih rendah pada 2020,” tulis Bank Dunia dalam laporannya.

Menanggapi informasi tersebut, Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pun memberikan reaksi.

Putra sulung mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut berpendapat bahwa seharusnya Indonesia selalu naik kelas, bukan turun kelas.

“Idealnya, kita selalu naik kelas. Jangan tinggal kelas, apalagi turun kelas,” cuit AHY dalam akun twitter @AgusYudhoyono, Rabu (7/7) malam.

Lebih lanjut AHY menyampaikan bahwa sebenarnya yang terpenting bukan di mana status Indonesia, melainkan kemampuan negara ini untuk menyelamatkan rakyat dari ancaman pandemi COVID-19.

“Masalah gentingnya, bukan dimana status kelas kita saat ini, tapi mampukah negara ini menyelamatkan rakyatnya dari Covid?,” imbuh AHY.

Ia mengilustrasikan kondisi saat ini cukup mencekam, karena semakin sering menerima berita duka dari orang-orang yang dikenal.

“Ini mengonfirmasi, setiap hari ada rekor baru, baik jumlah yang positif terpapar, maupun yang meninggal dunia. Sampai kapan Indonesia?,” gugat AHY.