Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Greenland
(Foto: Sputnik)

Dituduh Ingin Menguasai Greenland, China: Tidak Masuk Akal dan Menyesatkan



Berita Baru, Internasional – Duta Besar Amerika Serikat untuk Denmark Carla Sands menuduh China dan Rusia memiliki rencana untuk mengambil alih Greenland dan benua Artik secara keseluruhan.

Mengutip berita dari 112 UA pada tanggal 5 Mei, AS telah mengumumkan bahwa mereka akan memberikan dukungan finansial kepada Greenland. Karena itu, ia ingin memperkuat posisinya di Kutub Utara, di mana Rusia secara aktif membangun pasukannya dan China berusaha keras untuk mempengaruhi.

Namun Duta Besar China untuk Denmark Feng Tie mengecam pendapat dari Carla Sands tersebut.

“Dalam op-ed-nya, duta besar AS secara tidak langsung menyatakan bahwa upaya AS untuk meningkatkan pengaruhnya di Greenland adalah solusi terbaik untuk Denmark dan Greenland, karena alternatifnya adalah China dan Rusia datang dan mengambil alih Grendland. Dan pertanyaan ini tidak masuk akal dan menyesatkan,” Tulis Feng Tie dalam bantahannya melalui surat kabar Altinget.

Feng Tie juga menekankan bahwa China sangat menghormati kedaulatan, kemerdekaan dan yurisdiksi negara-negara di Kutub Utara.

Menurut Altinget, Feng mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk melihat China sebagai ancaman bagi Denmark. Malahan, Feng Tie menekankan bahwa China sebagai mitra dengan banyak peluang.

“Penting untuk diingat bahwa kerjasa sama harus bersifat sukarela. Tiongkok sama sekali tidak dapat memaksakan kerja sama mereka dengan Greendland atau Denmark,” tegas Feng Tie.

Feng Tie juga mengesampingkan tuduhan yang dikeluarkan oleh Carla Sands bahwa China secara bertahap mencoba untuk menembus Kutub Utara dan mendapatkan ‘pijakan’ melalui jaringan pos pengamatan ilmiah.

Feng Tie mengingatkan bahwa China memiliki hak untuk mengakes bagian-bagian Kutub Utara di bawah traktat Svalbard Treaty 1920, di mana dalam traktat itu memberikan izin kepada berbagai penandatangan untuk melakukan penelitian ilmiah dan kegiatan komersial di wilayah tertentu di sekitaran Greenland dan Benua Artik.

Selain itu, Feng Tie juga menggaris bawahi bahwa tidak ada perusahaan dari China yang saat ini beroperasi di Greenland. Dan bahwa China secara terbuka mau meningkatkan kerja sama ekonomi.

Di samping tuduhan Carla Sand terkait keinginan China dan Rusia untuk menguasai Greenland, Carla Sands juga menyebut bahwa China merupakan salah satu sumber polusi di Greenland.

Feng Tie pun membalas tuduhan dari Sands tersebut dengan menunjukkan bahwa saat ini AS-lah yang menjadi pencemar utama.

“Di Greenland, polusi AS sangat besar. Dan kita mungkin hanya tahu ujung gunung es … banyak pertanyaan yang belum terselesaikan tentang kota misterius di bawah gunung es … Camp Century misalnya,” tulis Feng Tie.

Camp Century terletak sekitar 200 kilometer dari AS di dasar Thule. Dan Camp Century merupakan bagian dari program Project Iceworm, yaitu program rahasia rudal nuklir AS selama Perang Dingin.

Selain menunjukkan fakta tersebut, dalam surat kabar Altinget, Feng Tie juga menunjukkan fakta insiden di tahun 1986. Insiden itu adalah insiden di mana seorang pengebom B-52 dari AS jatuh di Greenland dengan membawa 4 bom nuklir.

“Kecelakaan itu menyebabkan polusi radioaktif di daerah tersebut. Masyarakat setempat masih melaporkan hewan yang lahir di sana dalam keadaan malformasi,” imbuhnya.

Mengutip Sputnik, menanggapi perseteruan antara Carla Sand dan Feng Tie, Lars Bangert Struwe selaku pakar negara Denmark dan Sekjend Asosiasi Atlantik mengemukakan bahwa bentrokan kedua duta besar itu menguraikan dua kekuatan utama selama 10-15 tahun ke depan.

Pada bulan April lalu, AS telah mencoba memberikan tawaran paket bantuan dana senilai US$ 12 juta kepada Denmark sebagai langkah awal investasi AS di sektor pariwisata dan energi di Grennland. Paket bantuan itu didasari kekhawatiran AS bahwa China dan Rusia sedang berusaha mengambil alih Greenland.

Pemerintah Denmark marah akan hal ini. Sejumlah anggota parlemen Denmark dari berbagai pihak menganggap langkah dari AS itu sebagai upaya untuk merusak hubungan Denmark dengan Greenland. Greenland sendiri merupakan pulau terbesar di dunia dan merupakan bagian dari wilayah Denmark.

Sebelumnya, pada tahun lalu, Presiden Trump bahkan melayangkan gagasan untuk membeli Greenland dari Denmark.

Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen menolak mentah-mentah tawaran dari Presiden Trump dan mengatakan bahwa tawaran itu tidak masuk akal.