Didukung AS, Seberapa Kuat Kemampuan Militer dan Rudal Israel?
Berita Baru, Internasional – Amerika Serikat (AS) telah membantu Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk melakukan normalisasi hubungan pada pertengahan Agustus lalu. Timur Tengah seketika memanas. Iran, Saudi dan negara-negara lain mengutuk langkah tersebut, terutama adanya keikutsertaan AS.
Terbaru, pada hari Rabu (9/9), Liga Arab enggan untuk menyetujui draft normalisasi hubungan. Bahkan Liga Arab mengecam normalisasi hubungan tersebut.
Banyak analis mengatakan bahwa tujuan AS mengambil langkah itu adalah untuk membangun kekuatan di Timur Tengah. Menurut Jerussalem Post, Menteri Luar Negeri PA Riad Malki bahkan menyebut upaya Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Penasihat AS Jared Khushner menormalisasi hubungan Israel-UEA sebagai ‘pemerasan’.
Terlepas dari isu-isu ‘tikam dari belakang’, ‘pengkhianatan terhadap Masjid Al-Aqsha’, ‘Pengkhianatan terhadap Yerussalem’ dan masalah-masalah di Palestina lain seputar normalisasi hubungan, satu pertanyaan yang mungkin bisa diajukan adalah, “Sebegitu kuatkah kemampuan militer Israel, sampai-sampai AS berupaya untuk ‘memaksa’ normalisasi Israel dengan UEA?”
Salah satu situs yang mengindeks kekuatan militer internasionla, Global Fire Power (GFP), menyebutkan bahwa Israel berada di urutan ke 18 dalam hal kekuatan militer global, sementara UEA berada di posisi ke 45.
Israel mempunyai power index sebesar 0.3111 (0.0000 dianggap sempurna). AS mempunyai power index 0.0606.
Jika melihat kekuatan dari negara-negara di Timur Tengah, Mesir menjadi yang pertama, dengan posisi ke-9, disusul Turki di posisi ke-9, lalu Iran, di posisi ke-14.
Namun, salah satu hal penting dalam perang modern adalah terkait kemampuan rudal.
Pada faktanya, Israel memang memiliki salah satu persenjataan rudal paling berteknologi maju di Timur Tengah. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya produksi rudal jelajajah dan rudal balistik Israel.
Selama enam dekade terakhir, Israel dengan bantuan dan kolaborasi luar negeri, Israel juga telah terlibat dalam ekspor sistem rudal ke banyak negara lain. Tidak seperti Rusia dan China yang mempunyai banyak jenis rudal antar benua (IRBM), kekuatan rudal Israel lebih didominasi oleh sistem taktis jarak pendek.
Menurut Center fo Strategic and International Studies (CSIS), meskipun Israel tidak secara resmi mengakui tengah melakukan program nuklir apa pun, namunsecara luas diyakini bahwa Israel memang memiliki senjata nuklir.
“Israel bukan penandatangan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir, atau anggota Rezim Kontrol Teknologi Rudal (MTCR). Namun, telah menyatakan komitmen sepihak untuk mematuhi pembatasan MTCR pada ekspor rudal,” tulis laporan CSIS.
Namun, untuk pencegahan strategis, Israel memiliki kontingen rudal balistik jarak jauh yang terkenal, yaitu rudal seri Jericho. Berikut gambaran singkat kekuatan dan spesifikasi seri rudal Jericho:
Jericho 1
Jericho 1 adalah rudal balistik jarak pendek (SRBM) dan berbahan bakar padat. Mulai beroperasi pada tahun 1973, Jericho 1 merupakan rudal berkemampuan nuklir pertama Israel namun kemudian Jericho 1 dihentikan dari layanan selama tahun 1990-an.
Jericho 1 diperkirakan telah memasuki pengembangan pada tahun 1962 dengan bantuan perusahaan Prancis Marcel-Dassault. Rudal tersebut, yang diberi nama YA-1, didasarkan pada desain Dassault, MD-620.
Sekitar 16 uji peluncuran dilakukan antara tahun 1965 dan 1968, 10 di antaranya berhasil. Setelah awalnya menerima 14 rudal Jericho 1 dari Prancis, Israel di dalam negeri memproduksi sekitar 50 rudal tambahan antara tahun 1971 dan 1978.
Menurut CSIS, Jericho 1 memiliki jangkauan 500 km, dengan muatan hingga 650 kg. Panjangnya 13,4 m, dengan diameter 0,8 m, dan berat peluncuran total 6.700 kg. Jericho dilaporkan dilengkapi dengan bahan peledak tinggi 450 kg, hulu ledak nuklir 20 kT, atau kemungkinan hulu ledak kimia. Rudal tersebut dilaporkan memiliki akurasi 1.000 m CEP.
Dengan spesifikasi seperti itu, Jericho 1 diperkirakan cukup untuk menyerang kota-kota besar seperti Damaskus dan Kairo dari lokasi peluncuran yang aman.
Jericho 2
Jericho 2 adalah rudal balistik jarak menengah (MRBM) berbahan bakar padat yang dikembangkan dan diproduksi oleh Israel. Jericho 2, juga disebut YA-3, merupakan kelanjutan dari proyek Jericho 1, sebagian didorong oleh penolakan AS atas permintaan Israel untuk membeli rudal balistik jarak jauh (IRBM) Pershing II.
Jericho 2 mulai beroperasi pada tahun 1989, dan delapan pengujian dilakukan antara 1989 sampai 2001. Jericho 2 memiliki jangkauan maksimum sekitar 1.500 km, dan mampu membawa muatan hingga 1.500 kg HE atau hulu ledak nuklir hingga 1 MT.
Jericho 2 memiliki panjang 15 meter dan lebar 1,35 meter, dengan perkiraan berat peluncuran 22.000 kg. Rudal dapat diluncurkan dari silo, truk rel kereta api, atau kendaraan TEL.
Mobilitas ini memberinya kemampuan mudah disembunyikan, dipindahkan dengan cepat, atau disimpan dalam silo yang diperkuat, meningkatkan ketahanannya terhadap serangan pendahuluan.
Jericho 3
Pertama kali diuji pada tahun 2008 di Tel Aviv dan mulai beroperasi tahun 2011, Jericho 3 merupakan rudal balistik jarak menengah (IRBM) berbahan bakar padat untuk menggantikan rudal balistik Jericho 2.
Menurut CSIS, Jericho 3 atau disebut YA-4, memiliki peningkatan jangkauan dari Jericho 2. Masuknya Jericho 3 ke layanan pada tahun 2011 kemungkinan berarti bahwa rudal Jericho 2 akan dihapus dalam sepuluh tahun ke depan.
Jericho 3 ini juga mengalami perkembangan yang pesat, dan terus dikembangkan Israel. Perkembangan terbaru dilaporkan oleh CSIS, Jericho 3 memiliki jangkauan 4.800 hingga 6.500 km dan menggunakan panduan inersia dengan hulu ledak yang dipandu radar.
Jericho 3 diperkirakan memiliki panjang antara 15,5-16 m dan memiliki diameter tubuh 1,56 m. Rudal ini memiliki perkiraan berat peluncuran 29.000 kg dan muatan 1.000 hingga 1.300 kg.
Jericho 3 dilaporkan dilengkapi dengan hulu ledak nuklir 750 kg dengan hasil antara 150 dan 400 kT. Diduga ada umpan yang termasuk dalam muatan dan beberapa RV yang ditargetkan secara independen (jika dilengkapi dengan hasil nuklir yang lebih kecil).
Saat ini, Jericho 3 berbasis di Zacharia, yang terletak di barat daya Tel Aviv dan ditempatkan di gua bawah tanah.
Rudal Jericho 1, Jericho 2, dan Jericho 3, merupakan senjata yang tidak bisa dianggap enteng. Selain karena kemampuan ledak, ketiga rudal itu kini mempunyai jangkauan yang semakin luas, terutama Jericho 3.
Selain sistem serangan rudal, Israel juga menyebarkan perisai pertahanan rudal berlapis yang canggih, yang dikembangkan bersama dengan Amerika Serikat.
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa langkah AS dalam ‘membujuk’ Israel dan UEA untuk bersatu merupakan investasi yang bagus di masa depan.