Delegasinya Mundur, Lithuania Akan Meminta Bantuan Para Pemimpin Eropa untuk Melawan China
Berita Baru, Vilnius – Pemerntah Lithuania akan meminta bantuan para pemimpin Eropa untuk melawan China setelah delegasinya mundur dan pergi meninggalkan China dengan tergesa-gesa, kata seorang penasihat presiden.
Kepergian para delegasi Lithuania itu disebabkan lantaran ada kekhawatiran akan keselamatan mereka dan mereka meninggalkan China pada hari Rabu (15/12).
Menurut laporan dari sumber diplomatik yang mengetahui situasi tersebut, menyebut kepergian 19 orang diplomat ke Paris sebagai tanggapan terhadap “intimidasi” dari China, seperti yang dilaporkan oleh Reuters.
Akan tetapi, Kementerian luar negeri China mengatakan pada hari Kamis (16/12) bahwa kekhawatiran atas keselamatan diplomat Lituania di China tidak berdasar.
Menanggapi hal tersebut, seorang penasihat presiden Lituania, Asta Skaisgiryte mengatakan kepada penyiar publik Lituania bahwa pemimpin negara Baltik akan meminta bantuan rekan-rekan Eropa.
“Presiden akan berbicara dengan para pemimpin UE tentang tekanan yang kami hadapi, kami pikir ini akan mengarah pada diskusi bagaimana UE dan khususnya Komisi Eropa dapat membantu Lithuania dalam masalah ini,” kata Asta Skaisgiryte.
China menurunkan hubungan diplomatiknya dengan Lithuania bulan lalu setelah pembukaan kantor perwakilan oleh Taiwan di Vilnius dengan namanya sendiri.
“Kami ingin konflik itu menjadi jelas bagi mitra Eropa kami, dan bahwa tindakan ekonomi akan seluas mungkin,” tambahnya.
Namun, klaim bahwa diplomat Lituania mengkhawatirkan keselamatan pribadi mereka atau bahwa China melarang warganya bekerja di kantor negara itu “murni fiktif,” kata juru bicara kementerian luar negeri Wang Wenbin dalam sebuah pernyataan.
Seperti kebanyakan negara, Lituania memiliki hubungan formal dengan China dan bukan dengan Taiwan.
Di satu sisi, Taiwan mengatakan pihaknya merupakan pemerintahaan sendiri yang diatur secara demokratis. Namun, di sisi lain, China mengatakan pihaknya adalah ‘pemilik’ pulau tersebut dan Taiwan merupakan bagian dari wilayah pemerintahannya.
Pihak berwenang Lituania mengatakan pada hari Rabu (15/12) bahwa mereka telah memanggil diplomat top mereka kembali dari China untuk konsultasi dan bahwa kedutaan akan beroperasi dari jarak jauh untuk saat ini.
Selanjutnya, berbicara kepada wartawan di Vilnius pada hari Kamis (16/12), Menteri Luar Negeri Gabrielius Landsbergis mengatakan bahwa pihak berwenang China telah memberi tahu para diplomat bahwa kartu identitas mereka akan segera tidak berlaku lagi.
“Kami diberi waktu yang sangat singkat…Kami meminta waktu yang lebih lama, hanya karena akan rumit untuk mengatur pengembalian itu begitu cepat. Kami tidak mendapatkan jawaban atas permintaan tersebut, dan orang-orang kembali secepat mungkin,” katanya.
Perubahan sepihak status perwakilan suatu negara akan melanggar perjanjian internasional, tambahnya.
Kementerian luar negeri China tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Landsbergis pada hari Kamis (16/12).
China telah menuntut Lithuania mengubah status kedutaan besarnya di Beijing menjadi kantor kuasa usaha yang lebih rendah.
Ini akan mencerminkan perubahan yang dilakukan China terhadap kedutaannya sendiri di Vilnius sebagai tanggapan atas pembukaan kantor Lituania di Taipei/Taiwan.
“Pihak Lithuania juga tidak pernah mengangkat masalah keamanan pribadi ke China,” kata Wang.
“Jika pihak Lituania tidak menghadapi kenyataan, jika tidak mencerminkan dan memperbaiki kesalahan tetapi mengabaikan tanggung jawabnya sendiri, maka itu hanya akan semakin menantang hubungan bilateral,” imbuhnya.