Dampak Ekonomi Global Mempengaruhi Pasar Keuangan Domestik
Berita Baru, Jakarta – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menyatakan bahwa kondisi ekonomi global berdampak pada pasar keuangan domestik, terutama di pasar surat utang.
Hal ini terjadi menjelang Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK. “Ketidakpastian dalam negosiasi debt ceiling dua hari sebelum tanggal 31 Mei 2023 meningkatkan volatilitas pasar keuangan global, terutama di pasar surat utang setelah sebelumnya mereda karena tekanan global yang juga mereda,” ujar Mahendra Siregar dalam Konferensi Pers setelah RDK secara virtual.
Selain itu, dinamika pasar perekonomian juga menyebabkan penurunan stabilitas kinerja intermediasi di beberapa sektor ekonomi nasional. Meskipun pasar keuangan mengalami volatilitas, secara keseluruhan kondisi masih stabil.
“Hasil RDK pada 31 Mei 2023 menunjukkan bahwa kondisi stabilitas jasa keuangan tetap terjaga di tengah dinamika perekonomian global. Sektor jasa keuangan domestik juga tetap solid dengan modal yang kuat, profil risiko yang terjaga, dan likuiditas yang cukup,” tambah Mahendra.
Di sisi lain, Mahendra mengamati bahwa inflasi global yang tetap tinggi, serta kinerja perekonomian dan pasar tenaga kerja yang solid di Amerika Serikat, diperkirakan dapat memicu kenaikan suku bunga AS. Tren pelemahan ekonomi global juga terus berlanjut, tercermin dari penurunan aktivitas industri dan perdagangan internasional, pertumbuhan ekonomi China yang lebih rendah dari ekspektasi, dan penurunan harga komoditas.
“Kinerja perekonomian masih menunjukkan stabilitas di tengah fragmentasi akibat masalah geopolitik. Inflasi mengalami penurunan menjadi 4 persen tahun ke tahun dibandingkan dengan April 2023 yang sebesar 4,33 persen,” tambahnya.
Selain itu, sektor manufaktur melanjutkan ekspansi dengan indeks PMI pada Mei 2023 sebesar 50,3, meskipun mengalami perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 52,7. Neraca perdagangan juga mencatatkan surplus pada April 2023, meskipun kinerja ekspor mengalami kontraksi signifikan akibat penurunan harga dan volume komoditas ekspor utama Indonesia.