China-ASEAN Expo Jadi Ajang Latihan Mahasiswa Bahasa ASEAN di China Hadapi Pasar Kerja
Berita Baru, China – Menjelang pelaksanaan China-ASEAN Expo (Pameran China-ASEAN) ke-21, para pengajar dan mahasiswa di Universitas Bahasa Asing Guangxi (Guangxi University of Foreign Languages) meningkatkan kemampuan bahasa mereka di berbagai kelas bahasa negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Mereka memfokuskan diri pada topik-topik seperti gambaran umum pameran dan konferensi tingkat tinggi tersebut, budaya ASEAN, dan etiket penerimaan tamu asing sebagai persiapan untuk menjadi sukarelawan dalam acara tersebut.
“China-ASEAN Expo berfungsi sebagai ‘medan latihan’ bagi para pelajar bahasa asing. Melalui platform ini, para mahasiswa dapat sepenuhnya menunjukkan kemampuan profesional mereka dan mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang rencana karier mereka di masa depan,” ujar Chen Yanni, yang juga memiliki nama lain Jennifer, seorang pengajar bahasa Indonesia di Universitas Bahasa Asing Guangxi. Dilansir dari laman Xinhua News pada Jumat (30/8/2024).
Dia menekankan bahwa berpartisipasi dalam acara tersebut melengkapi proses pengajaran. Kampus merancang skenario pengajaran praktis yang terkait dengan acara tersebut, seperti penerjemahan konferensi, penerjemahan pendamping, dan penerimaan tamu. Pendekatan ini memungkinkan para mahasiswa untuk lebih mengapresiasi pesona bahasa dan budaya dari negara-negara tersebut.
Selama bertahun-tahun, seiring dengan pendalaman Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI), pertukaran ekonomi dan budaya antara China dan Indonesia terus meningkat. Kerja sama yang erat antara kedua negara dalam bidang pendidikan bahasa, pertukaran budaya, dan kolaborasi ekonomi telah memperluas peluang kerja bagi para mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia.
“Dalam beberapa tahun terakhir, kinerja penempatan kerja mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia di kampus kami cukup baik. Beberapa mahasiswa yang berprestasi bahkan telah ‘dipesan’ oleh perusahaan sebelum mereka lulus,” kata Chen Yanni kepada wartawan. Dia menuturkan bahwa dengan semakin eratnya kerja sama antara China dan Indonesia, banyak perusahaan China kini mulai melirik pasar Indonesia, dan mendirikan cabang atau terlibat dalam kolaborasi bisnis dengan mitra dari Indonesia. Hal ini turut mendorong permintaan tahunan yang signifikan untuk tenaga profesional berbahasa Indonesia.
“Banyak mahasiswa yang telah bergabung dengan departemen bisnis luar negeri di perusahaan-perusahaan seperti Haier, Xiaomi, dan China Railway, dan mendapatkan penghasilan yang cukup besar,” tambah Chen Yanni.
Han Rongmei, lulusan Program Bahasa Indonesia di Universitas Minzu Yunnan, saat ini bekerja sebagai penerjemah bisnis di BTR New Materials Group Co., Ltd. (BTR Indonesia). Menurut pandangannya, perkembangan pesat sektor energi baru dan bahan kimia global, ditambah dengan kekayaan sumber daya mineral Indonesia, telah membuat pemerintah Indonesia sangat mendukung perusahaan China yang berinvestasi di Indonesia, sehingga menarik semakin banyak perusahaan China untuk masuk ke pasar Indonesia dan mengimplementasikan proyek-proyek mereka.
“Pasar kerja untuk lulusan bahasa Indonesia cukup menjanjikan, dengan kondisi kerja yang cukup baik. Banyak mahasiswa yang menandatangani perjanjian tripartit dengan perusahaan selama masa studi mereka, sehingga mereka dapat langsung bekerja di Indonesia setelah lulus,” ujar Han Rongmei.
Baru-baru ini, seiring langkah China yang terus memperluas kebijakan bebas visa untuk negara-negara asing dan pelanjutan kembali layanan penerbangan internasional, negosiasi bisnis dan pariwisata di China mengalami percepatan pemulihan. Di platform media sosial luar negeri, topik “China Travel” dengan cepat meraih popularitas, dan menjadi fokus pembahasan di kalangan warganet global. Antusiasme yang terus berlanjut di pasar pariwisata inbound juga telah mendorong lonjakan permintaan untuk layanan bahasa tertentu.
Selama musim puncak pariwisata musim panas, Guangxi, yang dekat dengan Asia Tenggara, telah menjadi pilihan populer bagi banyak wisatawan negara-negara ASEAN. Layanan dari pemandu yang berbicara dalam sejumlah bahasa yang jarang digunakan seperti bahasa Indonesia dan Thailand menjadi sangat berharga dan banyak dicari.
“Dalam jangka panjang, pertukaran budaya dan interaksi personel antarnegara akan semakin sering terjadi, sehingga mendorong perkembangan industri-industri terkait. Beberapa sektor yang memfasilitasi pertukaran dan kerja sama perdagangan akan mendapatkan keuntungan dalam jangka panjang,” kata He Dan, Kepala Agen Perjalanan Internasional Blue Whale di Guangxi.
Dalam beberapa tahun terakhir, pendidikan bahasa Indonesia di China telah menunjukkan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi, mengikuti perubahan zaman. Kurikulumnya sangat selaras dengan lanskap baru pertukaran ekonomi dan budaya antara China dan Indonesia, yang mengarah pada pengembangan kelompok profesional yang terampil dan berdedikasi di bidang bahasa Indonesia.
“Dengan meningkatnya permintaan di pasar kerja untuk talenta yang serba bisa, banyak perusahaan tidak hanya menilai kemampuan bahasa mahasiswa tetapi juga mementingkan pengetahuan mereka di bidang-bidang seperti hukum dan manajemen,” kata Chen Yanni. Dia menyatakan bahwa saat ini, lembaga pendidikan tinggi di China secara aktif mengembangkan model pelatihan untuk talenta interdisipliner. Sebagai contoh, Universitas Bahasa Asing Guangxi telah bermitra dengan Southwest University of Political Science and Law (SWUPL) untuk menawarkan program sarjana yang menggabungkan bahasa-bahasa negara ASEAN dan studi hukum, sehingga meningkatkan daya saing mahasiswa di pasar kerja.
Lei Xiaohua, seorang peneliti di Institut Penelitian Asia Tenggara yang dinaungi Akademi Ilmu Sosial Guangxi, menyatakan bahwa Guangxi memiliki keuntungan karena terbuka terhadap negara-negara ASEAN yang berdekatan, berada di posisi yang menguntungkan di tengah peningkatan Kawasan Perdagangan Bebas China-ASEAN dan implementasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP). Lebih banyak talenta yang mahir dalam bahasa-bahasa yang jarang digunakan di China seperti bahasa Indonesia akan bekerja di bidang pendidikan, perdagangan, dan investasi antara China dan ASEAN, memberikan kontribusi penting untuk memajukan kerja sama ekonomi antara China dan ASEAN.