Analitik Evello: Citra Positif ACT Terjun Bebas
Berita Baru, Jakarta – Kasus dugaan penyelewenagan dana umat yang dilakukan oleh lembaga filantropis Aksi Cepat Tanggap (ACT) didominasi oleh sentimen negatif publik. Melalui analisa sentimen, emosi dan tendensi publik, lembaga analitik berbasis big data, Evello mendapatkan tiga temuan seputar keramaian kasus ACT.
“Temuan pertama adalah jatuhnya citra positif ACT menjadi bersetimen negatif. Hal ini terlihat dari analisa Evello terhadap seluruh narasi yang berkembang di masyarakat. Tak hanya penyelewengan, narasi aliran dana kepada kegiatan terorisme makin menghancurkan kredibilitas lembaga ini,” Founder Evello Dudy Rudianto kepada Beritabaru.co, Selasa (05/07).
Lebih lanjut, Dudy menyampaikan keinginan DPR RI agar dilakukan audit terhadap temuan PPATK soal hasil analisis penggunaan dana ACT ke aktivitas terlarang menempati sentiment negatif tertinggi. “Skor negatif 83% mengiringi laporan PPATK kepada Densus 88 dan BNPT soal aliran dana,” tambahnya.
Ada pun skor negatif tertinggi kedua, yakni sebesar 75%, kata Dudy, terjadi setelah Wakil Ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menyoroti keramaian #AksiCepatTilep. Anwar menyatakan kaget dengan gaji dan fasilitas pimpinan ACT dan menyebutnya Materialistis dan Hedonistis.
“Permintaan maaf kepada publik yang dilakukan oleh Presiden ACT, Ibnu Khajar juga direspon negatif oleh publik. Skor negatif 62% saat permintaan maaf disampaikan menunjukkan kekecewaan publik yang dalam terhadap kasus ini,” tambah Dudy.
Sementara, temuan ketiga Evello adalah meratanya emosi sedih publik atas dugaan penyelewengan dana umat oleh ACT. “Dengan skor bervariasi, emosi sedih publik tertinggi saat pimpinan ACT disebut Materialistis dan Hedonistis oleh wakil ketua MUI Anwar Abbas,” terang Dudy.
Ada pun temuan keempat Evello adalah tingginya tendensi publik melalui skor analytical di semua narasi yang berkembang. “Tingginya skor analytical menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap kasus ini. Dari analisa tendensi terlihat publik cenderung untuk mencari tahu pada dua isu, yaitu gaya hidup pimpinan ACT dan dugaan aliran dana untuk aktivitas terlarang,” pungkas Dudy.