Amnesty Kritik Taktik Perang Militer Myanmar Hadapi Demonstran
Berita Baru, Internasional – Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melaporkan tindakan kekerasan yang dilakukan Junta Militer Myanmar telah menewaskan sekitar 60 demonstran yang menolak kudeta.
Dalam catatan Reuters, sejak militer Myanmar mengkudeta pemerintahan demokratis di bawah kepemimpinan Aung San Suu Kyi pada Senin (1/2) silam, setiap hari ratusan ribu orang melakukan protes di jalan-jalan kota besar negara tersebut.
Amnesty International menuduh tentara menggunakan senjata yang seharusnyanhanya cocok untuk medan perang untuk membunuh pengunjuk rasa.
Kelompok pembela hak asasi manusia ini menyebut tentara-tentara tersebut juga telah bertahun-tahun melakukan kekejaman terhadap kelompok etnis minoritas, termasuk Muslim Rohingya.
“Ini bukanlah tindakan kewalahan, petugas (militer_red.) membuat keputusan yang buruk,” kata Joanne Mariner, Direktur Respon Krisis di Amnesty International.
Joanne menilai pimpinan militer Myanmar dengan sengaja telah memerintahkan pembunuhan terhadap demonstran di tempat terbuk.
“Ini adalah komandan yang telah terlibat dalam kejahatan terhadap kemanusiaan, mengerahkan pasukan dan metode pembunuhan di tempat terbuka,” imbuh Joanne.
Amnesty juga menyebut militer Myanmar telah menggunakan senapan sniper dan senapan mesin ringan, serta senapan serbu dan senapan sub-mesin.
Di sisi lain, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan, hampir 2.000 orang telah ditahan sejak kudeta militer terjadi.