ADP IKA PMII Rekomendasikan Sejumlah Tokoh NU Mendapatkan Gelar Pahlawan Nasional
Berita Baru, Jakarta – Pengurus Pusat Asosiasi Dosen Pergerakan (ADP) Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) merekomendasikan sejumlah tokoh Nahdlatul Ulama (NU) mendapatkan gelar Pahlawan Nasional.
Rekomendasi tersebut disampaikan pada Simposium Nasional Literasi Kebangsaan dan Kenusantaraan Ke-1 dengan tajuk “Reaktualisasi Nilai Kepahlawanan di Era Digital untuk Memperkuat Kebangsaan dan Kenusantaraan” di Jakarta pada Sabtu 13 November 2021.
“Dalam konteks kepahlawanan, PP ADP IKA-PMII merekomendasikan K.H. Achmad Siddiq, M. Tabrani, K.H. Muhammad Kholil Bangkalan, dan K.H. Abdurrahman Wahid dapat diangkat dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional,” ujar Bidang Literasi Kebangsaan dan Kenusantaraan PP ADP IKA-PMII Akhmad Taufiq pada rilis resminya yang dikutip Rabu (17/11).
Menurutnya, hasil rekomendasi nama-nama tokoh tersebut akan dibawa ke Muktamar NU ke-34 di Lampung untuk menjadi pembahasan.
“Nama-nama tersebut menurut pandangan kami telah memenuhi persyaratan yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2009, PP No.35 Tahun 2010 dan Peraturan Menteri Sosial RI No. 15 Tahun 2012,” jelasnya.
Ia juga mendorong kolaborasi antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Informasi (Kominfo) untuk mendekatkan pahlawan dengan segenap nilai-nilai yang diajarkan pada generasi masa kini melalui platform digital.
“Mendorong kolaborasi antara Kemendikbud dan perguruan tinggi dan/atau akademisi, ADP untuk merumuskan nilai-nilai dari setiap Pahlawan (dari daerah masih-masing) dengan segenap pemikirannya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Taufiq menjelaskan figur kepahlawanan kontekstual penting sebagai role model (panutan) untuk membantu suatu generasi mengeksplorasi identitas dirinya. Mau menjadi seperti mereka akan hidup dalam ruang yang namanya negara dan bangsa ini.
“Riset Kontekstual terkait Sosok Pahlawan di berbagai kota di Indonesia ternyata saat ini memberikan indicator sebagai berikut; altruisme, nasionalisme, kepemimpinan, dan keteladanan,” terang Taufiq.
Indikator ini, lanjut Taufiq menunjukkan bahwa sosok pahlawan tidak berorinetasi pada sikap kepedualian, leadership, melainkan juga rasa cinta pada tanah air.
“Hal ini bereda dengan masyarakat Eropa yang meletakkan sosok pahlawan lebih pada aspek altruisme atau perilaku menolong serta aspek risk taking yang tidak melibatkan kepedulian pada level negara,” kata Taufiq.