Ditjen PSKL Puji Perjuangan Perempuan Pengelola Perhutsos di Fakfak
Berita Baru, Jakarta – Sekretaris Direktorat Jenderal PSKL KLHK Erna Rosdiana mengapresiasi perjuangan perempuan yang pengelola perhutanan sosial (perhutsos) di Fakfak.
Hal itu disampaikan Erna saat menjadi penanggap pada Webinar Praktik Baik Ibu Bumi dalam Mengelola Hutan dengan tajuk “Memperkuat Peran Kelompok Perempuan dalam Program Perhutanan Sosial di Indonesia” yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerja sama dengan The Asia Foundation, pada Rabu (25/8).
Erna mengatakan perempuan pengelola perhutsos di Fakfak telah memaksimalkan potensi hutan yang ada dengan memproduksi berbagai macam produk makanan dan minuman dari pala.
“Mereka sudah membuat berbagai macam minuman dan makanan dari pala. Saya pernah mengalami dan menyaksikan sendiri,” katanya.
Dengan adanya akses legal bagi perempuan dalam mengelola hutan dan tanamannya, Erna mengatakan hal itu menjadikan mereka dapat memproduksi berbagai macam produk tidak hanya terfokus pada pala.
Menurutnya, konstruk sosial yang mengatakan perempuan lemah dan tidak mempunyai kemampuan dalam mengelola hutan itu adalah salah, terbukti dengan kesaksian para perempuan pengelola perhutsos yang ada di seluruh Indonesia yang kuat dan sukses meningkatkan taraf hidup keluarga dan lingkungannya.
“Jika dikatakan secara fisik perempuan lemah tapi kenyataannya tidak, mereka kuat dalam mengelola hutan,” tegas Erna.
Lebih lanjut, Erna menegaskan bahwa KSKL membuka peluang yang sama untuk mengelola hutan baik kepada laki-laki maupun perempuan.
“Kami tidak bias gender, baik laki-laki dan perempuan memiliki akses yang sama,” tuturnya.
Kemampuan Perempuan Mengelola Hutan
Senada dengan Erna, Anggota Tim Penggerak Percepatan Percepatan Sosial (TP2PS) Swary Utami Dewi juga mengapresiasi para perempuan yang menjadi bagian dari pengelolaan perhutsos yang ada di seluruh daerah.
Kendati demikian, Utami mengatakan setelah persetujuan pengelolaan hutan dikeluarkan oleh KLHK, kendala yang sering dialami adalah kurangnya dana dalam pengelolaannya.
“Maka dari itu, dukungan dari seluruh pihak harus terus dikuatkan dan perlu digalakkan lagi,” kata Utami.
Dalam pengelolaan hutan oleh perempuan, Utami menegaskan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki dalam menjalankan tugasnya.
“Perempuan-perempuan itu begitu cerdas dalam menjaga otoritas pangan dan Praktik pengelolaan hutan, mereka punya kesadaran untuk mengadaptasi diri,” tuturnya.
Diketahuti, Webinar Praktik Baik Ibu Bumi dalam Mengelola Hutan tersebut menghadirkan delapan orang pejuang perempuan dari berbagai daerah sebagai narasumber, yaitu Ibu Sumini dan Ibu Sentia dari LPHK Damaran Baru Kabupaten Bener Meriah, Ibu Ona Samada dan Ibu Risma dari Hutan Desa Bondoyong – Kabupaten Parigi Moutong, Ibu Ritawati dan Ibu Purwani dari Kemitraan Kehutanan Desa Pal 8 – Kabupaten Rejang Lebong, Mama Amina Ahek Iha dan Mama Asnat Iha dari Hutan Desa Penghwadar – Kabupaten Fakfak.