Snapback Gagal, Menlu Iran Buat Klip Sindiran Dari Pernyataan Pejabat AS
Caption: Tangkapan layar video yang diunggah oleh Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di Twitter yang menunjukkan AS tidak berhak melakukan mekanisme snapback. Foto: Twitter.
Berita Baru, Internasional – Pada hari Kamis (21/8), total 13 dari 15 anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menyatakan tidak setuju dengan tawaran snapback yang dilayangkan Amerika Serikat (AS) terhadap kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan alasan AS tidak lagi menjadi anggota dalam perjanjian tersebut.
Sebelumnya, pada hari yang sama, Duta Besar AS untuk PBB Kelly Craft mengrimkan surat resmi kepada Indonesia, yang saat ini merupakan Ketua Dewan Keamanan PBB, yang berisi seruan bahwa sanksi internasional terhadap Iran harus diberlakukan kembali.
Menanggapi penolakan itu, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif segera mengunggah video kompilasi perkataan dari para pejabat AS yang menunjukkan alasan mengapa AS tidak dapat memiliki suara dalam memutuskan apakah PBB akan memberlakukan ‘sanksi snapback’ yang menghancurkan terhadap Teheran.
Video itu dimulai dengan perkataan dari Presiden Trump, yang mengatakan bahwa ‘Hari ini saya mengatakan bahwa Amerika Serikat akan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran,’ yang diumumkan pada Mei 2018.
Setelah itu, video menunjukkan kutipan dari pernyataan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan mantan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton bahwa AS mengakhiri partisipasinya di JCPOA.
Dalam pernyataan Bolton tahun 2018 yang dikutip dalam video tersebut, Bolton mengatakan Washington tidak dapat menggunakan mekanisme snapback ‘karena kita tidak sesuai dengan kesepakatan.’
Pada acara tahun 2019, Hook memberi tahu wartawan bahwa ‘dengan snapback, kami tidak lagi dalam kesepakatan, jadi, pihak yang berada dalam kesepakatan harus membuat keputusan.’
Menjelang akhir video, Zarif mengatakan bahwa “setelah secara resmi dan eksplisit menghentikan keikutsertaannya di JCPOA pada tingkat tertinggi, dan telah melanggar setiap kewajibannya di bawah JCPOA dan Resolusi 2231 Amerika Serikat tidak dapat mengambil hak apa pun berdasarkan Resolusi itu.”
Akhir video itu ditutup dengan sindiran yang menggunakan perkataan dari Mike Pompe saat ia menjadi direktur CIA, bahwa
Video tersebut diakhiri dengan Pompeo mengenang waktunya sebagai direktur CIA, dan menyindir “Kami berbohong, kami menipu, kami mencuri.”
Rusia dan China tetap menjadi penentang utama dari kampanye snapback dari AS.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menyebut snapback itu ‘tidak masuk akal’ dan China mengatakan AS tidak berhak melakukan snapback.
Pada hari Kamis (21/8), Kementerian Luar Negeri Inggris serta Prancis dan Jerman (mereka menyebutnya negara E3), dua sekutu AS lainnya yang menjadi pihak JCPOA, merilis pernyataan bersama yang menolak upaya AS untuk menerapkan mekanisme ‘snapback’.
Atas pernyataan itu, sekaligus E3 menyatakan abstain dalam pemungutun suara, Pompeo menuduh sekutu Washington di Eropa secara terbuka memilih untuk ‘berpihak pada ayatollah’ daripada mendukung mitra mereka (AS).
Pompeo juga mengatakan bahwa AS akan menggunakan setiap alat yang dimilikinya untuk mencegah Rusia dan China dari ‘melanggar’ sanksi terhadap Iran setelah embargo senjata PBB berakhir pada bulan Oktober.
Dilansir dari Sputnik, mekanisme snapback JCPOA dimasukkan dalam kesepakatan nuklir 2015, dan dirancang untuk digunakan jika Teheran berhenti memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian untuk tidak mengejar senjata nuklir.
Dan itu digunakan AS sebagai dasar seruan snapback, karena menganggap Iran baru-baru ini melakukan percobaan senjata nuklir.
Iran memang mulai bergerak untuk meningkatkan cadangan uranium yang diperkaya setelah menuduh bahwa mitra JCPOA Eropa gagal memenuhi komitmen mereka untuk melindungi ekonomi Iran dari penghancuran sanksi keuangan dan energi AS.
Meskipun demikian, tingkat pengayaan, yang diperkirakan telah mencapai sekitar 4,5 persen, masih jauh di bawah perkiraan kemurnian 80-90 persen yang dibutuhkan untuk membuat bom nuklir.
Iran telah menegaskan bahwa tidak ada niat untuk membuat senjata nuklir, atau senjata pemusnah massal dalam bentuk apa pun.
Iran menghancurkan persediaan senjata kimianya pada pertengahan 1990-an sebelum meratifikasi Konvensi Senjata Kimia pada 1997, dan sejak itu mendesak Washington untuk melakukan hal yang sama.