Banyak Tawaran dari Luar Negeri, Taufik Hidayat Tetap Enggan Menjadi Pelatih Bulutangkis
Berita Baru, Bulutangkis – Taufik Hidayat enggan menjadi pelatih bulutangkis kendati banyak yang menawarinya, termasuk tawaran dari luar negeri. Dia secara tegas menyatakan penolakannya.
“Yang menawari sih banyak. Dari Pelatnas? Tidak pernah. Karena mereka sudah tahu kali kalau saya tidak tertarik juga. Kalau di luar sih ada lah banyak. Tapi (saya) enggak mau lah,” tegas Taufik yang dikutip Beritabaru.co dari laman resminya.
Taufik Hidayat memutuskan untuk pensiun dari dunia bulutangkis. Ia tidak mau meniru eks pebulutangkis nasional pada umumnya yang kembali menjajaki dunia atlet dengan menjadi pelatih. Rupanya, suami dari Ami Gumelar ini memiliki pertimbangan tersendiri.
“Enggak ada keinginan (untuk menjadi pelatih bulutangkis) karena memang enggak gampang,” ucapnya.
“Mengikuti ponakan saja kesal sendiri, apalagi melatih banyak orang. Makanya jadi pelatih itu hebat, enggak gampang, apalagi melatih anak-anak butuh kesabaran yang tinggi. Nanti, tiba-tiba lari atau ini lah.”
“Lalu kalau kita melatih juga harus punya dasarnya. Sekarang misalnya saja ukuran lapangan badminton saja kita enggak tahu, kalau pelatih kan harus tahu. Ukuran panjang, lebar, apa segala macam. Tapi kalau ngomong saya bisa, kalau praktik tak bisa sama sekali.”
“Makanya ada orang bilang, kenapa sih tidak melatih? Memang tidak bisa gitu loh. Dari enggak bisa dan tidak mau. Mungkin belajar bisa, tapi ya sudah lah, sudah cukup juga. Memang fungsinya jadi pemain saja deh, bukan pelatih,” pungkasnya.
Taufik Hidayat merupakan legenda bulutangkis Indonesia. Ia pernah meraih medali emas di Kejuaraan Asia 2000 Jakarta, 2004 Kuala Lumpur, 2007 Johor Bahru. Selain itu, Taufik Hidayat juga sukses memenangi medali emas di Olimpiade Tokyo 2004 Athena dan menjadi juara dunia pada 2005 di Anaheim.
Lain hal, ia turut meraih kejuaraan beregu bersama tim Piala Thomas, gelar juara pada tahun 2000 Kuala Lumpur dan 2002 Guangzhou serta menorehkan juara Asian Games 1998 Bangkok, 2002 di Busan dan 2006 di Doha.