Yang Pergi Adalah Waktu
Yang Pergi Adalah Waktu
Setiap saat ia mampu menjelma
Beribu-ribu wujud
Tetapi, apakah arti semua itu
Dibanding satu jiwa yang sanggup
Memaknai segala bentuk makhluk?
Yang pergi adalah waktu
Ia hadir sebagai kenangan bagi masa lalu
Rahasia bagi masa depan.
2018.
Menempuh Kenyataan
Aku berlari
Dari bayang-bayang khayal
Ke alam nyata yang berisik.
Aku tak pernah tahu
Kenyataan yang benar-benar nyata
Hanya dunia, hanya dunia yang penuh
Kepura-puraan.
Alam pikirku
Hanya mampu menggapai
Fajar, senja, juga malam
Tak pernah mampu menggapai
Luasnya alam semesta.
2018.
Seorang Pemurung
Tak ada jalan terbaik bagi pemurung
Berhari-hari ia tatap jendela
Dari arah berbeda-beda
Kamar adalah semesta yang luas
Dan begitu banyak alasan bertahan
Di dalamnya.
Tuhanku, Semesta apakah ini?
Setiap sudutnya terdiri dari dinding
Aku tak mampu menembus di baliknya
Inikah keterbatasan-Mu ?
Akal digerakkan ke alam khayal
Menjangkau setiap hal yang tak pernah ada.
2018.
Sepotong Ingatan
Dari jalan-jalan berdebu
Orang-orang berdiri tegak dan kaku
Sebagian sembunyi dari dentuman senjata
Yang menggempur
Jiwanya membara dengan kobaran api juang
Di hatinya tak terima tanah asal di hina
“Jangan tangisi kami bila gugur.”
Suara mereka sebelum melepaskan diri
Dari kepedihan keluarganya.
2018.
Dua Buah Kursi
Dua buah kursi di ruang tamu
Dan Sepasang lampu menggantung di langit rumah
Adalah saksi nyata bahwa sejoli baru saja melepaskan
Erangannya ke udara.
2018.
Kepada Angan
Tak kutemukan engkau
Dalam ruang ingatanku yang nyata
Engkau terbang bagai burung
Mengepakkan sayapnya di udara.
Kau bebaskan diriku
Merangkai kata yang kucipta puisi
Dari segala hal di muka semesta.
Tak kutemukan kau
Dalam diriku yang lara
Begitupun seterusnya, seterusnya.
2018.
Malam Selasa
Malam diskusi
Malam tanpa sepi
Seorang penulis mula berfatwa:
Puisi adalah kepekaan penyair
Itu sendiri
Malam mulai larut
Diskusi masih lanjut
Warna kopi semakin terlihat pekat
Aku takut kepekatan itu
Oh, tidak, aku tak suka kopi
Kopi itu pahit
Pahitadalahdukaku yang berlalu
Di luar
Dingin menghunjam tubuh setiap pejalan
Udara beku, pohon-pohon berdiri kaku.
2018.
Lahir di Sumenep, Madura. Alumni Annuqayah daerah Lubangsa. Karyanya pernah dimuat di berbagai media cetak maupun online. Sekarang aktif di Garawiksa Institute, Yogyakarta.