WHO Sebut Antibody Tidak Menjamin Kekebalan, Apalagi Bebas dari Infeksi Kedua
Berita Baru, Internasional – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pernyataan terbaru pada Jumat (17/4), tentang pengujian terhadap virus Corona. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa tidak ada bukti tes serologis yang dapat menunjukkan bahwa seseorang dengan antibody dinyatakan kebal atau tidak berisiko terinfeksi ulang.
“Tes antibodi ini akan dapat mengukur tingkat kehadiran serologi atau antibody itu, tetapi tidak berarti bahwa seseorang dengan antibody dinyatakan kebal”, kata Dr. Maria Van Kerkhove, kepala unit penyakit dan zoonosis WHO yang baru muncul.
Sebagaimana dilansir dari CNBC, Sabtu (18/4), tes yang disebut serologis atau antibody dapat menunjukkan apakah seseorang pernah memiliki Covid-19 di masa lalu dan apakah asimptomatik atau pulih.
Lebih dari 560.000 dari 2,1 juta kasus virus corona di seluruh dunia telah dinyatakan pulih, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins. Namun, para ahli penyakit menular mengatakan total kasus kemungkinan jauh lebih tinggi karena orang yang tidak terdeteksi.
Di Amerika Serikat, tes antibody baru saja mulai diluncurkan. Presiden Donald Trump merekomendasikan negara-negara untuk melakukan tes itu setelah langkah sosial mulai dilonggarkan. Sampai saat ini pandemi telah menginfeksi lebih dari 671.000 orang di Amerika Serikat.
Kerkhove mengatakan, para pejabat WHO menemukan banyak negara yang menyarankan tes ini karena kebanyakan dari mereka mempercayainya sebagai ukuran kekebalan.
“Saat ini, kami tidak memiliki bukti bahwa penggunaan tes serologis dapat menunjukkan bahwa seseorang kebal atau terlindungi dari infeksi ulang,” katanya pada konferensi pers di kantor pusat WHO di Jenewa.
Dr. Mike Ryan, direktur eksekutif program kedaruratan WHO, mengatakan para ilmuwan juga masih menentukan berapa lama antibody perlindungan yang mungkin diberikan pada seseorang yang telah terinfeksi virus corona.
“Tidak ada yang bisa diyakini, apakah seseorang dengan antibody sepenuhnya terlindungi dari penyakit atau terkena lagi,” katanya.
“Ditambah beberapa tes memiliki masalah dengan sensitivitas. Mereka mungkin memberikan hasil negatif palsu”, tambahnya kemudian.
Awal pekan ini, para pejabat WHO mengatakan tidak semua orang yang pulih dari coronavirus memiliki antibody dan tidak akan terinfeksi untuk yang kedua kalinya, bahkan mungkin mereka tidak mengembangkan kekebalan setelah selamat dari Covid-19.
“Sehubungan dengan pemulihan dan kemudian infeksi ulang, saya yakin kami tidak memiliki jawaban untuk itu. Itu tidak diketahui,” kata Ryan, Senin.
Sebuah studi pendahuluan pasien di Shanghai menemukan bahwa beberapa pasien “tidak memiliki respon antibodi yang terdeteksi” sementara yang lain memiliki respon yang sangat tinggi, kata Kerkhove. Apakah pasien yang memiliki respon antibodi yang kuat kebal terhadap infeksi kedua adalah “pertanyaan terpisah,” tutupnya.