Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht. Foto: Reuters.
Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht. Foto: Reuters.

Walikota Kyiv Olok-olok Bantuan 5.000 Helm dari Jerman, Kenapa?



Berita Baru, Berlin – Menteri Pertahanan Jerman, Christine Lambrecht mengatakan Jerman akan kirim 5.000 helm ke Ukraina, namun walikota Ukraina malah mencemooh bantun tersebut.

Lambrecht mengumumkan rencana pengiriman tersebut di hadapan wartawan pada Rabu (26/1) di tengah memanasnya konflik di perbatasan Ukraina dengan Rusia.

“Saya menerima surat dari kedutaan Ukraina, meminta dukungan dengan peralatan militer, helm tepatnya,” kata Lambrecht, seperti dikutip dari Reuters.

“Kami akan memasok 5.000 helm ke Ukraina – sebagai sinyal yang jelas: Kami ada di pihak Anda,” imbuhnya.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan Jerman akan mengesampingkan pengiriman bantuan “senjata mematikan”.

“Ini adalah peralatan, bukan senjata, tetapi membantu,” kata Lambrecht.

Pada akhir pekan, Lambrecht mengatakan Jerman juga akan memasok rumah sakit lapangan ke Ukraina.

“Inilah tepatnya bagaimana kami akan terus bekerja dalam konflik ini. Kami bekerja untuk mencapai solusi damai untuk konflik ini di tengah Eropa,” kata Lambrect.

Namun hal tersebut justru membuat Ukraina geram dan menganggap bantuan tersebut seperti “lelucon” sebagaimana yang digambarkan oleh Walikota Kyiv, Vitali Klitschko.

Klitschko merupakan mantan juara tinju kelas berat dunia yang tinggal selama bertahun-tahun di Jerman.

“Perilaku pemerintah Jerman membuat saya tidak bisa berkata-kata. Kementerian pertahanan tampaknya belum menyadari bahwa kita dihadapkan dengan pasukan Rusia yang diperlengkapi dengan sempurna yang dapat memulai invasi lain ke Ukraina kapan saja,” katanya kepada tabloid terbesar Jerman Bild.

Ukraina telah berulangkali meminta bantuan senjata dan militer.

“Dukungan macam apa yang akan dikirim Jerman selanjutnya,” tanyanya. “Bantal?” jawabnya sendiri dengan menyindir.

Sementara itu, Amerika Serikat dan Inggris telah mulai mengirim lebih banyak senjata dan pasukan ke Ukraina.