Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Tur Bersejarah ke Irak: Paus Bertemu Tokoh Syiah Dunia, Ayatollah Sistani
(Foto: The Guardian)

Tur Bersejarah ke Irak: Paus Bertemu Tokoh Syiah Dunia, Ayatollah Sistani



Berita Baru, Internasional – Paus Fransiskus mengadakan pertemuan simbolis dengan Ayatollah Agung Ali al-Sistani, salah satu tokoh Islam Syiah paling berpengaruh di dunia dalam perjalann kepausan di kota suci Najaf di Irak.

Pertemuan itu, seperti dilansir dari The Guardian, berlangsung di rumah Sistani dengan persiapan berbulan-bulan untuk bernegosiasi antara kantor ayatollah dan Vatikan.

Perjalanan kepausan dikawal dengan kendaraan anti peluru di sepanjang Jalan Rasool Najaf yang dipadati hadirin. Titik pusat perjalanan paus berada di Kuil Imam Ali berkubah emas, situs syiah yang disucikan. Dia kemudian berjalan beberapa meter ke rumah sederhana Sistani.

Sekelompok warga Irak yang mengenakan pakaian tradisional menyambutnya di luar. Saat Paus Fransiskus memasuki ambang pintu, beberapa merpati putih dilepaskan sebagai tanda perdamaian.

Pertemuan Paus dengan Ayatollah Sistani membahas masalah-masalah yang melanda minoritas Kristen Irak. Sistani adalah tokoh yang sangat dihormati di mayoritas Syiah Irak, pendapat dan fatwa keagamaan serta masalah lainnya menjadi rujukan Syiah di seluruh dunia.

Bagi minoritas Kristen Irak, fatwa Sistani menjadi kekuatan besar untuk melindungi mereka di Irak setelah bertahun-tahun mengungsi akibat serangan dan intimidasi dari kelompok ekstremis dan dari milisi Syiah terhadap komunitas mereka.

Kunjungan itu disiarkan langsung di televisi Irak, para penduduk dengan gembira menyambut pertemuan dua sosok agung yang sangat dihormati itu. “Kami menyambut kunjungan paus ke Irak dan khususnya ke kota suci Najaf dan pertemuannya dengan Ayatollah Agung Ali Al-Sistani,” kata warga Najaf, Haidar Al-Ilyawi. “Ini adalah kunjungan bersejarah dan berharap itu akan baik untuk Irak dan rakyat Irak.”

Perjalanan kepausan di Baghdad merupakan yang pertama sejak Covid melanda. Berbagai perangkat keamanan dikerahkan untuk keberlangsungan perjalanan dan penyebaran virus.

Bagi Paus, kedatangannya ke kota suci Irak adalah kewajiban terhadap tanah yang dialiri darah para syahid Kristen. Seorang juru bicara Vatikan mengatakan, perjalanan itu adalah bukti cinta ke Paus pada negara yang menderita selama beberapa dekade terakhir karena berbagai serangan dan intimidasi.

Dalam perjalanan kepausannya, Paus Fransiskus beserta rombongannya dan 75 perwakilan media yang menjadi delegasi Vatikan telah divaksinasi, meski sebagian warga Irak belum.

Ratusan orang berkumpul di sepanjang jalan bandara, berharap bisa melihat sekilas pesawat paus mendarat. Baliho gambar Paus dengan slogan “Kita semua adalah saudara” terpampang di sepanjang jalan di pusat kota Baghdad. Sementara bendera Irak dan Vatikan berjejer di dengan harmonis di jalan-jalan.

Keamanan telah ditingkatkan selama kunjungan tersebut, kata Tahsin al-Khafaji, juru bicara operasi gabungan Irak. “Seluruh dunia akan menyaksikan,” katanya.

Alih-alih menggunakan mobil pop biasa dengan sisi terbuka, Francis bepergian dengan mobil lapis baja, serta melakukan perjalanan yang lebih jauh antar wilayah dengan pesawat dan helikopter.

Saat bertemu dengan presiden Irak, Barham Salih, di dalam Zona Hijau yang dijaga ketat, Francis mengatakan warga Irak dari semua agama berhak memiliki hak dan perlindungan yang sama seperti mayoritas Muslim Syiah.

Dia berkata: “Hanya jika kita belajar untuk melihat melampaui perbedaan kita dan melihat satu sama lain sebagai anggota keluarga manusia yang sama, kita akan dapat memulai proses yang efektif untuk membangun kembali dan meninggalkan dunia yang lebih baik, lebih adil dan lebih manusiawi kepada generasi mendatang.”

Dia menambahkan: “Kehadiran orang-orang Kristen di masa lalu di tanah ini, dan kontribusi mereka terhadap kehidupan bangsa, merupakan warisan yang kaya yang ingin terus mereka tempatkan untuk melayani semua.”

Paus Fransiskus menyerukan diakhirinya tindakan kekerasan dan ekstremisme, faksi dan intoleransi dan mendesak pejabat Irak untuk memerangi momok korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan mengabaikan hukum.

Salih mengatakan, “Tidak mungkin membayangkan Timur Tengah tanpa orang Kristen dan bahwa migrasi mereka yang terus berlanjut akan memiliki konsekuensi yang mengerikan.”

Belakangan, paus berbicara kepada umat Kristen di gereja Our Lady of Salvation di distrik komersial Karrada Baghdad, di mana kehadiran dibatasi untuk memungkinkan jarak sosial.

Pada tahun 2010, militan Islamis menyerbu gereja dan membunuh 44 jemaah, dua pendeta dan beberapa personel pasukan keamanan dalam salah satu serangan paling berdarah terhadap umat Kristen Irak.

Paus Fransiskus berterima kasih kepada sesama klerus karena tetap dekat dengan orang-orang Kristen Irak yang terkepung, yang katanya telah membayar harga tertinggi kesetiaan mereka kepada Tuhan dan gerejanya.

Paus juga menziarahi makam para syahid di alun-alun Mosul yang dikelilingi oleh puing sisa kehancuran gereja dan bertemu dengan orang-orang Kristen yang telah kembali ke kota Qaraqosh – serta memberkati gereja mereka, yang digunakan sebagai lapangan tembak oleh ISIS.

Banyak orang Kristen melarikan diri ketika militan ISIS menyapu kota-kota di seluruh dataran Niniwe pada tahun 2014, menghancurkan gereja dan rumah.

Beberapa yang telah kembali berjuang untuk mendapatkan pekerjaan, karena praktik diskriminatif di sektor publik, perusahaan terbesar di Irak. Sejak 2003 pekerjaan publik sebagian besar dikendalikan oleh mayoritas elit politik Syiah, membuat orang Kristen merasa terpinggirkan.

Ada sekitar 1,4 juta orang Kristen di Irak sebelum invasi pimpinan AS pada tahun 2003, tetapi sekarang jumlahnya ada sekitar 250.000.

Fuad Hussein, menteri luar negeri Irak, mengatakan rakyat Irak sangat ingin menyambut pesan perdamaian dan toleransi Francis. Ia menggambarkan kunjungan itu sebagai pertemuan bersejarah antara “menara dan lonceng”.