Tertinggi dalam 32 Tahun, Inflasi Australia Tembus 7,3 Persen
Berita Baru, Canberra — Inflasi tahunan Australia melonjak ke level tertingginya dalam lebih dari 30 tahun terakhir di tengah meroketnya harga rumah dan gas.
Biro Statistik Australia pada Rabu (26/10) melaporkan bahwa indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) naik 1,8 persen pada periode tiga bulan yang berakhir 30 September dan naik 7,3 persen dalam 12 bulan terakhir, sebagaimana dikutip dari Xinhua News.
Angka tersebut menjadi angka tahunan tertinggi sejak 1990.
Menurut data, biaya untuk membeli atau membangun rumah baru naik 3,7 persen pada kuartal yang berakhir September dan naik 20,7 persen selama satu tahun terakhir.
Harga gas meningkat 10,9 persen pada kuartal tersebut, harga furnitur naik 6,6 persen, dan harga makanan naik 3,2 persen.
Kenaikan-kenaikan ini sedikit diimbangi oleh penurunan 4,3 persen pada harga bensin.
Data tersebut dirilis sehari setelah Menteri Keuangan Australia Jim Chalmers menyerahkan anggaran federal untuk tahun finansial 2022-2023.
Anggaran itu memproyeksikan inflasi akan mencapai puncaknya di angka 7,75 persen pada akhir tahun ini sebelum turun ke angka 3,5 persen pada 2023-2024.
Chalmers dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese pada Rabu menuai kritik akibat krisis listrik yang membayangi.
Menurut anggaran, tarif listrik Australia akan dinaikkan 56 persen selama 18 bulan ke depan, sedangkan harga gas dinaikkan 44 persen.
Albanese menyalahkan koalisi konservatif, yang memerintah selama sembilan tahun sebelum akhirnya kalah dalam pemilihan umum Mei lalu, karena gagal mempersiapkan negara untuk menghadapi lonjakan harga listrik.
“Tagihan listrik akan lebih murah jika investasi diberikan untuk energi yang lebih murah,” tutur Albanese kepada Australian Broadcasting Corporation (ABC).
“Itu akan makan waktu, tentu saja. Kita tidak dapat membalikkan keadaan dalam sebulan.”
Di dalam pidato anggarannya, Chalmers menyinggung soal intervensi pada pasar listrik untuk mencegah krisis.
Pada Rabu yang sama, dia mengatakan pemerintah sedang mempertimbangkan “banyak pilihan.”
“Kami menyampaikan dengan sangat jelas bahwa kami akan mempertimbangkan ragam pilihan yang lebih luas daripada yang mungkin dipertimbangkan di masa lalu,” tuturnya kepada Nine Radio.
Peter Dutton, pemimpin oposisi, mengkritik anggaran tersebut karena gagal mengatasi kenaikan biaya hidup secara langsung.
“Jadi, bagi warga berpendapatan tetap, para pensiunan, pensiunan dengan dana sendiri, mereka benar-benar (berjuang) mengatasinya di dalam anggaran ini, dan ini anggaran yang suram. Saya mencemaskan keluarga-keluarga yang sudah kesulitan membayar biaya hipotek yang meningkat,” ujar Dutton kepada ABC.
Chalmers mengatakan inflasi menjadi pengaruh utama pada anggaran.
“Saya mengerti bahwa warga Australia di mana pun sedang berada dalam tekanan, dan tentu saja, apa yang kami lakukan dalam anggaran ini, yang memberikan keringanan biaya hidup namun dengan cara yang bertanggung jawab dan tidak mendorong inflasi, benar-benar penting,” ujar Chalmers.