Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Koordinator Gardu Pemilu Jaringan GUSDURian, Jay Akhmad
Koordinator Gardu Pemilu Jaringan GUSDURian, Jay Akhmad

Gusdurian Gelar Seminar Tantangan Demokrasi-Toleransi Menjelang Pilpres



Berita Baru, Yogyakarta – Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian menggelar Seminar Indonesia Rumah Bersama dengan mengambil tajuk “Tantangan & Masa Depan Demokrasi-Toleransi di Indonesia” di Ruang Auditorium Mandiri Gedung BB Lt. 4, FISIPOL Universitas Gadjah Mada pada Kamis (18/1/2024).

Jay Akhmad, Koordinator Gardu Pemilu Jaringan GUSDURian, dalam diskusi tersebut menyampaikan keprihatinannya terkait kondisi demokrasi Indonesia. Menurutnya, demokrasi Indonesia hari ini adalah demokrasi yang minus literasi.

“Jangan sampai reformasi yang telah didorong pada 1998, pada akhirnya punya peluang untuk balik arah. Bahwa kita sedang mengalami proses demokratisasi iya, bahwa demokrasi kita penuh celah iya. Tapi situasi demokrasi kita harus terus didorong agar semakin kuat,” ujar Jay.

Selain itu, Jay juga memaparkan peran Gardu Pemilu sebagai bagian dari gerakan Jaringan GUSDURian untuk memperkuat demokrasi.

“Fungsi Gardu Pemilu GUSDURian adalah untuk edukasi publik terkait pemilu dan demokrasi, membangun jejaring dan advokasi dengan penyelenggara dan pengawas pemilu maupun tokoh agama dan masyarakat, serta monitoring (pemantauan) penyelenggaraan pemilu,” tambahnya.

Amalinda Savirani, Kepala PolGov FISIPOL UGM, mengemukakan bahwa demokrasi Indonesia menghadapi tantangan serius.

“Nyatanya, kondisi demokrasi Indonesia hari ini oleh banyak ahli disebut mengalami regresi, mengalami penurunan. Cirinya ada tiga. Pertama, kebebasan sipil terus menurun. Kedua, adanya peningkatan polarisasi ideologi. Ketiga, penggunaan sistem hukum sebagai instrumen untuk menurunkan demokrasi dan menekan kelompok kritis,” paparnya.

Dalam konteks ini, Okky Madasari, sastrawan dan akademisi, menyoroti masalah ketimpangan ekonomi sebagai unsur krusial dalam membangun toleransi dan demokrasi.

“Mustahil membicarakan toleransi dan demokrasi tanpa membicarakan ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan ekonomi. Ketimpangan ekonomi adalah gap antara yang miskin dan yang kaya. Tidak mungkin kita membangun toleransi tanpa adanya keadilan ekonomi. Tidak mungkin pula semua ini terlaksana kalau korupsi masih terjadi,” ungkapnya.

Acara ini dihadiri oleh sekitar 200 peserta dari berbagai elemen, seperti mahasiswa hingga jejaring lembaga. Diskusi dalam rangka Haul Gus Dur ke-14 ini juga disiarkan secara langsung melalui akun Youtube GUSDURian TV.