Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Taliban Bergerak Mendekati Kabul, Pasukan AS akan Lakukan Evakuasi
(Foto: BBC)

Taliban Bergerak Mendekati Kabul, Pasukan AS akan Lakukan Evakuasi



Berita Baru, Internasional – Ribuan orang termasuk staf kedutaan, dan warga Afghanistan yang bekerja di kedutaan akan segera dievakuasi oleh AS, saat serangan Taliban bergerak mendekati Kabul.

Para diplomat dan warga negara asing berbondong-bondong meninggalkan ibukota Kabul, di mana keberadaan pemberontak kini semakin dekat, hanya berjarak 50 km (30 mil) dari provinsi yang dikepung sebelumnya.

Pada hari Sabtu, Taliban melancarkan serangan multi-cabang di Mazar-i-Sharif, sebuah kota besar di Afghanistan utara yang dipertahankan oleh mantan panglima perang yang kuat, menurut Munir Ahmad Farhad, juru bicara gubernur provinsi di provinsi Balkh. Belum ada keterangan lebih lanjut perihal data korban.

Pada hari Rabu, Presiden Ashraf Ghani telah melakukan penerbangan ke Mazar-i-Sharif untuk mengerahkan pertahanannya, bertemu dengan beberapa komandan milisi yang bersekutu dengan pemerintah.

Dia akan menyampaikan pidato di televisi, pidato publik pertamanya sejak penjarahan Taliban yang mencatat kemajuan pesat.

Di Kabul, staf kedutaan AS telah diperintahkan untuk membakar bahan-bahan sensitif, dibarengi dengan rencana pengerahan 3.000 tentara AS untuk mengamankan bandara dan melakukan evakuasi. Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan “elemen” dari sebuah batalyon sekarang berada di Kabul, barisan depan dari tiga batalyon Marinir dan Angkatan Darat yang dikirim AS ke kota itu.

Kirby mengatakan bahwa sebagian besar pasukan akan datang hari Minggu dan akan megevakuasi ribuan orang per hari dari Afghanistan. “Kapasitas tidak akan menjadi masalah,” katanya.

AS juga memindahkan 4.500 hingga 5.000 tentara tambahan ke pangkalan negara-negara Teluk Qatar dan Kuwait, termasuk 1.000 ke Qatar untuk mempercepat pemrosesan visa bagi penerjemah Afghanistan dan lainnya yang takut akan pembalasan dari Taliban atas pekerjaan mereka di masa lalu dengan orang Amerika, dan anggota keluarga mereka.

Kirby mengatakan beberapa dari pasukan itu akan menjadi pasukan cadangan siaga, jika sewaktu-waktu situasi memburuk.

Sementara itu, Inggris mengatakan sekitar 600 tentara akan dikerahkan dalam jangka pendek untuk mendukung kepergian warga negara Inggris. Sebelumnya pada hari Jumat, banyak negara termasuk Spanyol, Denmark, Norwegia dan Belanda mengumumkan penarikan staf dari kedutaan masing-masing.

Kanada mengatakan pesawat pertama pencari suaka telah mendarat di Toronto pada hari Jumat, sebagai bagian dari janjinya untuk menerima hingga 20.000 pengungsi Afghanistan, termasuk pemimpin perempuan dan pekerja pemerintah.

Pada hari Jumat, pemberontak menguasai empat ibu kota provinsi lagi, setelah pada hari Kamis merebut Kandahar dan Herat, kota terbesar kedua dan ketiga. Pasukan pemerintah Afghanistan dalam kekacauan, dan ada laporan bahwa wakil presiden, Amrullah Saleh, telah melarikan diri.

Berdasarkan perkiraan Intelijen militer AS, Kabul akan dikuasai Taliban dalam waktu 30 hari. Jika tren berlanjut, Taliban kemungkinan akan mendapatkan kendali penuh atas negara itu dalam beberapa bulan, katanya.

Para pengungsi yang akan diterima Kanada termasuk mereka yang “sangat rentan” yang masih berada di negara tersebut atau mereka yang telah melarikan diri ke negara-negara tetangga. Mereka termasuk aktivis hak asasi manusia, minoritas yang dianiaya dan jurnalis.

Menteri luar negeri Marc Garneau mengatakan, “Kanada berhutang budi kepada warga Afghanistan dan kami akan melanjutkan upaya kami untuk membawa mereka ke tempat yang aman”. Menteri imigrasi, Marco Mendicino, mengatakan: “Situasi di Afghanistan memilukan dan Kanada tidak akan tinggal diam.”

Para pejabat mengatakan pasukan khusus Kanada merupakan bagian dari rencana darurat untuk menerbangkan staf kedutaan keluar dari Kabul, tetapi rincian tidak diberikan karena sifat sensitif dari operasi keamanan.

Bagi penduduk Kabul dan puluhan ribu orang yang mencari perlindungan dalam beberapa pekan terakhir, mereka menggambarkan bagaimana ketakutan dan kebingungan meyelimuti mereka. “Kami tidak tahu apa yang sedang terjadi,” kata seorang warga, Khairddin Logari, kepada Agence France-Presse.

Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, sebelumnya mengatakan bahwa dia sangat terganggu oleh laporan perlakuan buruk terhadap perempuan di daerah-daerah yang direbut oleh Taliban, yang memberlakukan merek Islam ultra-keras di Afghanistan selama pemerintahan mereka tahun 1996-2001.

“Sangat mengerikan dan memilukan melihat laporan tentang hak-hak yang diperoleh dengan susah payah dari gadis dan wanita Afghanistan direnggut,” kata Guterres.

Suksesi kemajuan Taliban yang diperoleh dengan sangat cepat cukup mengejutkan warga Afghanistan, begitu juga dengan aliansi pimpinan AS yang menggelontorkan miliaran dolar ke negara itu untuk menggulingkan Taliban dalam serangan 11 September. Hampir 20 tahun lalu.

Terlepas dari upaya evakuasi yang cepat, pemerintahan Biden mengatakan pengambilalihan penuh Taliban tidak bisa dihindari.

“Kabul saat ini tidak berada dalam lingkungan ancaman yang akan segera terjadi,” kata Kirby pada hari Jumat, sambil mengakui bahwa para pejuang Taliban “berusaha mengisolasi” kota itu.

Dalam beberapa bulan terakhir, serangan Taliban meningkat drastic, dengan penaklukan Herat di utara dan, hanya beberapa jam kemudian, perebutan Kandahar – jantung spiritual kelompok itu di selatan.

Warga Kandahar, Abdul Nafi, mengatakan kepada AFP bahwa kota itu tenang setelah pasukan pemerintah meninggalkannya untuk tempat perlindungan fasilitas militer di luar, di mana mereka sedang merundingkan persyaratan penyerahan. “Saya keluar pagi ini, saya melihat bendera putih Taliban di sebagian besar alun-alun kota,” katanya. “Saya pikir itu mungkin hari pertama Idul Fitri.”