Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

SRG

Stabilkan Harga Panen, Kemendag Ajak Tengkulak Manfaatkan SRG



Berita Baru, Jakarta – Kementerian Perdagangan melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mengajak pedagang pengepul (tengkulak) memanfaatkan Sistem Resi Gudang (SRG) untuk membantu petani menstabilkan harga saat panen raya tiba. Petani, pedagang pengepul, dan pengelola gudang SRG diharapkan dapat bersinergi membangun hubungan yang saling menguntungkan.

“Menghadapi panen raya yang diperkirakan jatuh pada awal 2020, pemerintah berupaya membantu petani menyerap hasil produk pertanian melalui skema SRG. Para petani, pedagang pengepul, dan pengelola gudang SRG diharapkan dapat bersinergi menjaga stabilisasi harga pada saat panen tiba,” ujar Kepala Bappebti, Tjahya Widayanti melalui siaran pers yang diterima Beritabaru.co, Jumat (10/01).

Menurut Tjahya, SRG dapat menjadi peluang besar bagi para pedagang pengepul untuk meningkatkan kegiatan bisnisnya. “Pedagang pengepul dan petani dapat bekerja sama dengan membentuk kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan) dan membeli hasil panen anggotanya untuk disimpan di gudang SRG,” jelas Tjahya.

Selanjutnya, resi gudang yang diterbitkan pengelola gudang SRG dapat diagunkan di bank untuk mendapatkan pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pembiayaan yang diperoleh dapat digunakan sebagai modal usaha untuk membeli produk pertanian kembali. Setelah hargamembaik, komoditas yang disimpan di gudang SRG dapat dikeluarkan dan dijual kembali.

“Dalam skema kerja sama ini, sebagian keuntungan yang diperoleh pedagang pengepul dari selisih harga pembelian dari poktan/gapoktan dengan harga penjualan pada saat harga tinggi dapat diberikan kembali kepada petani sebagai keuntungan bersama,” jelas Tjahya.

Menurut Tjahya, kerja sama tersebut tentunya akan lebih menguntungkan kedua belah pihak. Selama ini, permasalahan klasik yang dihadapi para petani Indonesia pada umumnya adalah keterikatan dengan sistem ijon. Pada sistem ijon, petani sudah menerima uang dari pedagang pengepul atau pelaku usaha yang kemudian digunakan petani untuk modal kerja atau memenuhi kebutuhan hidup sebelum panen tiba.

Sebagai konsekuensinya, petani harus menjual hasil panennya kepada pedagang pengepul dengan harga yang ditentukan pedagang pengepul tersebut. Sehingga petani tidak memiliki posisi tawar yang baik dan tidak bisa menikmati hasil usahanya secara optimal.

Menurut Tjahya, keberadaan para tengkulak sulit dan bahkan tidak bisa dihilangkan. Hal ini karena peran dan jasa pengepul membantu petani untuk memperoleh modal kerja dengan cepat. Secara psikologis, hubungan antara tengkulak dan petani juga sudah sangat dekat.

Tjahya juga menegaskan, Bappebti terus berupaya meningkatkan peran perdagangan berjangka komoditi dalam meningkatkan perekonomian nasional melalui percepatan dalam implementasi pelaksanaan SRG.

“Salah satu program yang diangkat Bappebti saat ini adalah peningkatan koordinasi dan kerja sama lintas kementerian/lembaga. Selain itu, kita juga melakukan sosialisasi kebijakan SRG untuk mengoptimalkan pemanfaatan gudang SRG para pelaku usaha, khususnya di sektor pertanian,” pungkas Tjahya.

Sekilas Mengenai Sistem Resi Gudang

Sistem Resi Gudang (SRG), sesuai dengan UU Nomor 9 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dalam UU Nomor 9 Tahun 2011 tentang Sistem Resi Gudang, merupakan salah satu instrumen yang dapat dimanfaatkan para petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani, koperasi tani, maupun pelaku usaha (pedagang, prosesor, pabrikan) sebagai suatu instrumen tunda jual dan pembiayaan perdagangan.

Hal itu karena SRG dapat menyediakan akses kredit bagi dunia usaha dengan jaminan barang (komoditas) yang disimpan di gudang. Hadirnya SRG diharapkan dapat membantu menjaga ketersediaan pasokan (secure of supply), meningkatkan posisi tawar petani, dan menjaga stabilitas harga pada saat musim panen raya.