Serangan Cepat AS ke Paramiliter Irak Tewaskan 6 Orang
Berita Baru, Internasional – Pada hari Rabu (11/3), Irak melakukan serangan dengan menargetkan pangkalan militer koalisi AS-Inggris, yakni Camp Taji, Baghdad. Serangan itu menewaskan sedikitnya 3 orang dan 14 orang lainnya luka-luka. Sebagai respon dari serangan itu, AS lalu melakukan serangan balasan ke Irak pada hari Kamis (12/3).
Hari ini, Jumat (13/3), Militer Irak mengutuk serangan balasan AS tersebut. Pihaknya mengatakan bahwa total ada 6 orang tewas dalam serangan balasan itu: 3 tentara, 2 polisi, dan seorang warga sipil. Sementara 12 orang lainnya terluka dalam serangan itu.
Mengomentari serangan balasan itu, Pentagon mengatakan bahwa pihaknya menargetkan lima toko senjata yang digunakan oleh kelompok paramiliter Irak, termasuk fasilitas gudang senjata. Namun, pihak militer Irak menyatakan bahwa tidak ada pejuang paramiliter yang terbunuh.
Dominic Raab, selaku Sekretaris Negara Inggris untuk Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran, menyebut bahwa serangan balasan AS baru-baru ini yang menargetkan lima fasilitas penyimpanan senjata dari milisi Syiah Kataib Hezbollah merupakan tindakan yang “cepat, tegas, dan proporsional.”
“Bersama dengan mitra Koalisi, Pasukan Inggris berada di Irak untuk membantu kegiatan melawan teroris negara. Siapa pun yang berusaha untuk menyakiti mereka berarti mengharapkan pembalasan yang kuat,” ujar Raab dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (13/3).
Dominic Raab juga mencatat bahwa ia telah berbicara dengan Mike Pompeo selaku Menteri Luar Negeri AS terkait serangan itu. Mereka berdua sepakat bahwa penting untuk mempertahankan diri dari tindakan yang menyedihkan itu.
Pada saat yang sama, Dominic Raab menyambut seruan presiden Irak untuk segera melakukan penyelidikan dengan menambahkan bahwa “kita harus menemukan mereka yang bertanggung jawab.”
Pernyataan itu muncul setelah Abbas Mousavi selaku juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran membantah keterlibatan negaranya dalam serangan udara di pangkalan itu. Ia mengatakan bahwa Presiden Donald Trump harus mengutamakan untuk menilai kembali perilaku pasukan AS di Timur Tengah dibanding melakukan “langkah berbahaya” dan mengajukan “tuduhan tidak berdasar.”
Pada hari Rabu (11/3), 18 roket Katyusha mendarat di Camp Taji, beberapa mil di utara Baghdad. Camp Taji merupakan tempat pasukan koalisi AS-Inggris. Serangan itu mengakibatkan setidaknya tiga tentara meninggal dunia (dua warga AS dan satu warga negara Inggris) dan “sekitar” 12 lainnya cedera parah.
Serangan itu terjadi setelah Pemerintah Amerika mengumumkan bahwa mereka akan memindahkan sistem pertahanan udara dan rudal ke Irak untuk mempertahankan diri dari serangan rudal balistik dan ancaman drone.
Sumber | Sputnik News |