Sepotong Senja untuk Hana | Puisi Zainur Rahman
Sepotong Senja untuk Hana
Aku berlatih merangkak di balik redup cahaya rindu
Menepis angan, kucelup langkahku
Menggurat rasa, lalu kupendam dalam doa
Aku harus tahu keluh kesahmu
Karena bingkai jingga tak selalu membuat terpana
Karena cakrawala tak selalu memahat senja
Aku harus memugutnya
Aku harus menculiknya
Aku harus menjarahnya
Aku berikan padamu Hana
Sempurnalah hatimu wahai Hana
Sempurnalah cintamu Hana
Sempurnalah kasihmu Hana
Jatuh terpungkur aku di tepi senyumnya.
(Pamekasan, 2020)
Meramal Siang
Masih bungkam pada segala rasa
Sebelum pagi menyongsong membawa kata
Coba merapal antara doa-doa
Berharap rindu tak segersang yang aku kira
Kerontang tubuhmu yang malang
Ingin aku menyiramnya di tepi siang
Dengan mata air, air mataku
Bercampur debu-debu palsu
Kelenjar yang menyambung antara nadi
Telah aku rasakan sedemikian pasti
Bahwa punggungmu yang terlucut sembilu
Menguntai syahdu di dasar wajahmu.
(Sumenep, 2020)
Doa Langit
Di bibir waktu aku masih tertidur
Pulasnya memercikkan mimpi
Segumpal awan putih menghalangi
Doa-doaku yang jatuh ke bumi
Inikah takdir serupa harapan
Yang jangan harap tersemaikan
Pada daun-daun kerinduan
Ketika langit hendak mengabulkan
Simpang siur meludahi tubuh
Rengek seakan tak mau berhenti
Memuja pada Ilahi
Terbangun aku di tangan pemimpi.
(Pesisir Branta, 2020)
Jejak Langkah
Bagaimana aku sanggup
Berhenti melangkah dalam rindu
Sementara rasa tetap bertengger di dasar kalbu
Seribu jejak yang kulihat
Adalah pahatan tanpa sayatan
Terukir jelas sepanjang hayalan
Telah terhapus oleh ombak di lautan
Perihal senyuman berakar menuju ruas muka
Karena aku merasa bahagia
Ketika puas melanda kenang di dada
Mari aku tunjukkan
Jalan menuju relung jiwa paling dalam
Melewati sekat jejak yang membekas dalam isak
Supaya engkau tau
Pohon-pohon serta ranting
Adalah lampu sepanjang jalan
Menyinari peta rindu
Yang masih setia bertamu di penghujung waktu.
(Pamekasan, 2019)
Sabda Reranting
Tak kulihat kerling mata bergelombang
Menuju rona rindu yang sedang mengambang
Sambutlah aroma para pendosa
Di sekujur bumi, engkau kutapaki
Merapal perihal angan ditubuh para reranting
Agar sudi berlabuh pada rasa yang tak mau berlabuh
Berulang kali seuntai kalimat menjadi nestapa diujung laknat
Jangan sampai kulihat napas berguguran
Mengadu pada cakrawala tanpa suara
Karena hanya gertakan rasa yang biasa
Keluh mendesah membinasa
Cukupkan jangan sampai menjadi luka
Pada tangan-tangan keraguan berlumur dosa
(Damar Wulan, 2020)
Zainur Rahman
Lahir Prenduan Sumenep Madura pada tanggal 26 Maret 2000. Telah menyelesaikan pendidikannya di MTs. Al-Manar Brungbung Prenduan Sumenep dan MA 1 Annuqayah Guluk-guluk Sumenep. Menulis puisi dan cerpen. Saat ini tercatat sebagai Mahasiswa aktif semester II Fakultas Tarbiyah prodi Tadris Bahasa Inggris IAIN Madura. Email: zain.arrahman26@gmail.com. Telepon/WA: 087759721948.