Sembilan Desa Ditetapkan Ring 1 Smelter Freeport Gresik
Berita Baru, Gresik – PT Freeport Indonesia menetapkan 9 desa di dua kecamatan Kabupaten Gresik masuk ring 1 proyek Smelter di Kawasan Java Integrated Industrian Ports and Estate (JIIPE). Meliputi 5 desa di Kecamatan Manyar (Manyar Sidorukun, Manyarejo, Manyar Sidomukti, Karangrejo, dan Banyuwangi) dan 4 di Kecamatan Bungah (Bedanten, Tanjung Widoro, Kramat, dan Watuagung).
Manager Technical Affair, Erika Silva mengatakan, kesembilan desa tersebut nantinya akan menjadi prioritas dalam pendistribusian corporate social responsibility (CSR) ketika pengerjaan kontruksi smelter sudah rampung dan benar-benar beroperasi.
“Sesuai kajian kami, ada 9 desa di wilayah Kecamatan Manyar dan Bungah masuk ring I, ring prioritas proyek Smelter, Kesembilan desa tersebut menjadi prioritas kami, baik dalam tenaga kerja, maupun corporate social responsibility (CSR),” ucap Erika.
Erika menambahkan, dalam pembangunan smelter, perusahaan sudah memprioritaskan tenaga kerja lokal. Tentu, sesuai dengan kebutuhan dalam pembangunan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Disnaker Gresik.
“Dengan komposisi 8 persen di daerah ring 1 perusahaan, ring dua 14 persen, ring tiga 28 persen dan ring empat 50 persen. Total ya, sekitar 160 orang dari ring satu,” imbuhnya.
Pembangunan smelter PT Freeport Indonesia di Gresik sendiri terus dikebut. Progres hingga akhir Bulan Juni ditarget mencapai 34 persen dan akhir tahun ditarget selesai 50 persen. Dalam pembangunannya, PTFI menunjuk PT Chiyoda International Indonesia sebagai kontraktor kegiatan Engineering, Procurement, and Construction (EPC).
Vice President Corporate Communication, PT Freeport Indonesia, Riza Pratama mengatakan, saat ini sudah ada tiga ribu tiang pancang terpasang di lahan seluas 10 Hektare kawasan JIIPE Kecamatan Manyar.
“Akhir tahun kita target 50 persen, hingga saat ini sudah menghabiskan 372 juta dollar dengan melibatkan 1800 tenaga kerja,” katanya di Gresik pada Selasa (31/5).
Riza menerangkan, setelah konstruksi rampung, smelter ini dapat mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga menjadi 550 ribu ton katoda tembaga per tahun. Smelter juga menghasilkan lumpur anoda yang diproses menjadi emas, perak, platinum, paladium, seledium, bismut dan timbal. Lalu, menghasilkan limbah berupa asam sulfat, gipsum dan terak tembaga.
“Tantangan adalah bagaimana produk turunan ini bisa dibangun disini agar tidak sampai ekspor ke luar negeri. Katoda tembaga 50 persen masih ekspor,” jelasnya.