Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Semkin Dibatasi, Kini Taliban Larang Perempuan Berbergian Jauh Tanpa Kerabat Laki-laki. Foto: AFP.
Semkin Dibatasi, Kini Taliban Larang Perempuan Berbergian Jauh Tanpa Kerabat Laki-laki. Foto: AFP.

Semakin Dibatasi, Kini Taliban Larang Perempuan Bebergian Jauh Tanpa Kerabat Laki-laki



Berita Baru, TeheranHak perempuan di Afghanistan semakin dibatasi. Terbaru, Taliban dilaporkan melarang perempuan bepergian jauh tanpa kerabat laki-laki.

Kebijakan tersebut menambah serentetan aturan yang dinilai masyarakat internasional bahwa perempuan masih dianggap sebagai ‘tahanan’ oleh Pemerintah Taliban.

“Wanita yang bepergian lebih dari 72 km (45 mil) tidak boleh ditawari tumpangan jika mereka tidak ditemani oleh anggota keluarga dekat laki-laki,” kata juru bicara Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan Sadeq Akif Muhajir, Minggu (26/12).

Pedoman baru itu juga meminta orang-orang untuk berhenti memutar musik di kendaraan mereka.

Beberapa pekan lalu, Pemerintah Taliban juga meminta saluran televisi Afghanistan untuk berhenti menayangkan drama dan sinetron yang menampilkan aktor wanita.

Taliban juga meminta jurnalis TV perempuan untuk mengenakan jilbab saat presentasi.

Muhajir mengatakan jilbab juga akan diperlukan untuk wanita yang mencari transportasi.

Definisi jilbab oleh Taliban sendiri dinilai masih kurang jelas dan sebagian besar wanita Afghanistan sudah mengenakan jilbab.

Pedoman itu juga meminta pemilik kendaraan transportasi untuk menolak tumpangan kepada wanita yang tidak mengenakan jilbab.

Pedoman itu pun menuai kecaman dari para aktivis hak asasi manusia, sebagaimaa beberapa kebijakan Taliban mengenai posisi perempuan sejak menguasai Afghanistan pada 15 Agustus lalu, termasuk pembatasan peran perempuan di sektor publik.

Selain itu, banyak laporan yang menyebutkan sebagian besar anak perempuan masih terputus dari sekolah menengah.

Taliban kini berupaya untuk memproyeksikan citra moderat dalam pandangan internasional sebagai upaya untuk memulihkan bantuan yang banyak dihentikan.

Human Rights Watch mengecam pedoman itu dan menganggap dengan pedoman itu, maka perempuan menjadi seorang tahanan.

“Orde baru ini pada dasarnya bergerak … lebih jauh ke arah membuat tahanan perempuan,” Heather Barr, direktur asosiasi hak-hak perempuan kelompok itu, mengatakan kepada kantor berita AFP.

“[pedoman tersebut] menutup peluang bagi mereka untuk dapat bergerak dengan bebas, bepergian ke kota lain, melakukan bisnis, (atau) dapat melarikan diri jika mereka menghadapi kekerasan di rumah,” imbuh Barr.

Awal bulan ini, Taliban mengeluarkan dekrit atas nama pemimpin tertinggi mereka yang menginstruksikan pemerintah untuk menegakkan hak-hak perempuan, tetapi tidak menyebutkan akses anak perempuan ke pendidikan.

Pada hari Minggu, Menteri Pendidikan Tinggi Afghanistan Abdul Baqi Haqqani mengatakan pihak berwenang sedang membahas masalah ini.

“Imarah Islam tidak menentang pendidikan perempuan tetapi menentang pendidikan bersama,” kata Haqqani kepada wartawan, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.

“Kami sedang bekerja untuk membangun lingkungan Islami di mana perempuan bisa belajar … mungkin perlu waktu,” katanya, tanpa merinci kapan anak perempuan bisa kembali ke sekolah dan kelas universitas di seluruh negeri.

Hak-hak perempuan sangat dibatasi selama masa kekuasaan Taliban sebelumnya pada 1990-an.

Mereka dipaksa memakai burqa penutup wajah, hanya diperbolehkan keluar rumah dengan pendamping laki-laki dan dilarang bekerja dan pendidikan.

Penghormatan terhadap hak-hak perempuan telah berulang kali dikutip oleh para donor global utama sebagai syarat untuk memulihkan bantuan.

PBB telah memperingatkan bahwa Afghanistan menghadapi krisi musim dingin ini, memperkirakan bahwa 22 juta warga menghadapi kekurangan makanan parah.