Rusia Diduga Terlibat Pembunuhan Youtuber Republik Chechnya
Berita Baru, Internasional – Polisi Prancis sedang menyelidiki pembunuhan seorang Youtuber Republik Chechnya, Imran Aliev (44 Tahun). Ia ditemukan tewas dalam sebuah kamar hotel di kota Lille.
Imran Aliev dikenal kritis terhadap rezim Republik Chechnya yang disokong oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Melalui saluran Youtube, ia getol mengkritisi Presiden Ramzan Kadyrov.
Polisi Prancis mengatakan bahwa Aliev, “mengalami kematian mengerikkan.”
Dilansir dari CNN, seorang sumber mengatakan penyeledik menyebutkan bahwa mereka sudah mengetahui siapa pembunuh Aliev.
Menurut sumber tersebut, dua orang check-in ke kamar hotel pada hari Rabu, lalu pada hari Kamis sekitar pukul 11 siang waktu setempat, manajer memeriksa para tamu hotel dan menemukan jasad Aliev.
“Dua orang tersebut telah menghilang. Pengejaran pelaku sudah dilakukan. Pelaku utama adalah seorang pria Republik Chechnya, berusia 35 tahun,” ujarnya.
Lebih lanjut, sumber tersebut mengatakan bahwa pisau yang ditemukan di tempat kejadian telah dikirim ke laboratorium forensik untuk dianalisis.
Motif tersangka bersifat politis
Polisi telah melakukan penyelidikan terkait pembunuhan ini, namun tidak ada upaya penangkapan yang dilakukan.
Pembunuhan ini adalah pembunuhan terbaru dari banyaknya pembunuhan terhadap para pembangkang Republik Chechnya yang tinggal di Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Para aktivis HAM menyebut pembunuhan-pembunuhan itu dengan sebutan peringatan dari Moskow.
Musa Taipov, seorang jurnalis Republik Chechnya yang tinggal di Perancis, menulis di Facebook tentang kematian sahabatnya, Aliev, dengan menuding Moskow sebagai dalang pembunuhan.
“Saya sangat curiga Rusia. Mereka, melalui operasi khusus, sangat tertarik pada konflik dalam perselisihan sipil antar masyarakat Kaukasus,” tulisnya di Facebook pekan lalu.
CNN telah menghubungi Kremlin untuk memberikan komentar, namun belum mendapat tanggapan sampai pada terbitnya tulisan ini.
Taipov mengatakan, “Aliev tinggal di Belgia dan memiliki empat anak. Dan aku terus-menerus berhubungan dengannya via WhatsApp.”
Pembunuhan sebagai peringatan
Mansur Sadulaev, ketua Chechen Human Rights Association (VAYFOND), atau Asosiasi HAM Republik Chechnya yang berbasis di Swedia, mengatakan kepada CNN bahwa Aliev dikenal karena “kritikan yang keras dan ofensif” tentang orang-orang Kaukasus serta kritiknya terhadap rezim Republik Chechnya.
Sadulaev juga menyalahkan Moskow atas pembunuhan itu. “Dia dibunuh sebagai peringatan kepada orang lain. Pembunuhan itu berusaha mengintimidasi orang-orang yang berani mengkritik ‘anak didik Rusia’ di Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov.”
Kadyrov adalah mantan panglima perang yang dikenal atas kebrutalannya – dan karena kesetiaannya kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin.
“Penentang rezim Rusia dan para pendukung kemerdekaan Republik Chechnya, terutama mereka yang mengekspresikan diri secara terbuka, berada dalam bahaya konstan baik di Uni Eropa maupun di negara lain,” ujar Sadulaev.
“Di antara banyak pembunuhan dan upaya pembunuhan terhadap penentang rezim Rusia, ada juga pembunuhan yang terjadi baru-baru ini, yaitu pembunuhan Zelimkhan Khangoshvili di Berlin,” tambah Sadulaev.
Pembangkang Republik Chechnya, Zelimkhan Khangoshvili, ditembak dan dibunuh di Berlin pada Agustus ketika dalam perjalanan menuju masjid terdekatnya untuk melakukan salat zuhur.
Khangoshvili ikut bertempur dalam perang Republik Chechnya Kedua bersama dengan sesama pemberontak Republik Chechnya melawan pasukan federal Rusia. Seorang tersangka yang berpaspor Rusia, ditangkap dalam beberapa jam.
Tetapi berbulan-bulan kemudian, kasus ini masih mandek: tersangka tidak akan berbicara, Kremlin menyangkal keterlibatannya, dan Jerman menolak untuk mengarahkan jari ke Moskow tanpa bukti pasti. [Ipung]