Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Politik Di Ujung Jempol: Gerindranisasi Anak Muda Di Media Sosial
A Ainul Yakin (Tenaga Ahli Fraksi Gerindra DPRD Provinsi Jawa Timur)

Politik Di Ujung Jempol: Gerindranisasi Anak Muda Di Media Sosial



Oleh: Ainul Yaqin, M.Hum

(Tenaga Ahli Fraksi Gerindra DPRD Provinsi Jawa Timur)

Pada 6 Februari 2025, Partai Gerindra merayakan usia ke-17 tahun. Perjalanan yang dimulai dengan visi untuk membawa perubahan politik Indonesia kini mengarah pada pencapaian besar, yaitu terpilihnya H. Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029. Pencapaian ini menandakan keberhasilan dalam memenangkan hati masyarakat, namun juga memunculkan pertanyaan mendasar tentang bagaimana Gerindra dapat menjaga relevansinya, khususnya di kalangan anak muda. Ini bukan sekadar soal kemenangan politik, tetapi bagaimana partai ini mampu menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks.

Salah satu tantangan terbesar dalam politik kontemporer adalah bagaimana menjangkau anak muda, yang kini lebih terhubung dengan dunia digital daripada dunia nyata. Media sosial menjadi ruang utama bagi mereka untuk berinteraksi, berbagi ide, dan mengembangkan opini. Dalam hal ini, Gerindra perlu memanfaatkan kekuatan media sosial untuk menyampaikan pesan-pesan politik yang tidak hanya menarik, tetapi juga mampu membentuk kesadaran politik anak muda. Tanpa strategi komunikasi yang tepat, partai ini berisiko kehilangan koneksi dengan generasi yang sangat dinamis dan mudah terpengaruh oleh informasi yang bersifat instan.

Dalam konteks ini, teori Jean-François Lyotard dalam bukunya The Postmodern Condition: A Report on Knowledge memberikan wawasan penting. Lyotard menjelaskan tentang “narasi kecil”, yaitu narasi yang terbuka dan inklusif, yang berusaha untuk menanggalkan dogma besar dan menerima pluralitas dalam pemikiran. Gerindra, dalam upayanya untuk menjangkau anak muda, harus menyampaikan pesan-pesan politik yang lebih fleksibel dan tidak terkesan kaku. Sebagaimana Lyotard menyarankan, partai politik harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan memanfaatkan ruang publik, seperti media sosial, sebagai wadah untuk berdialog dan berbagi ide. Dalam hal ini, Gerindra dapat membentuk generasi muda yang tidak hanya berpolitik dengan cara baru, tetapi juga lebih kritis, terbuka, dan berani mengambil keputusan yang mendalam.

Anak Muda dan Media Sosial dalam Manifesto Partai Gerindra

Sebagai bagian dari strategi politik Gerindra, media sosial telah menjadi saluran komunikasi yang sangat efektif untuk menjangkau anak muda. Anak muda saat ini cenderung lebih aktif di platform seperti Instagram, Twitter, dan TikTok. Oleh karena itu, untuk mengembangkan pengaruhnya, Gerindra harus memanfaatkan media sosial dengan cara yang sesuai dengan kebiasaan dan cara berpikir anak muda. Pemanfaatan media sosial ini bukan hanya untuk menyampaikan pesan kampanye, tetapi juga untuk menciptakan ruang dialog yang lebih interaktif dan partisipatif.

Dalam buku Theories of New Media karya David Gauntlett, dijelaskan bahwa media sosial memiliki kekuatan untuk meruntuhkan batasan antara pengirim dan penerima informasi. Media sosial memberi ruang bagi anak muda untuk tidak hanya menerima pesan, tetapi juga aktif dalam menciptakan dan mendiskusikan pesan tersebut. Dengan pendekatan ini, Gerindra tidak hanya dapat menginformasikan, tetapi juga melibatkan anak muda dalam pembentukan narasi politik yang lebih inklusif. Ini adalah kesempatan bagi Gerindra untuk membangun hubungan yang lebih personal dengan generasi muda, dan memastikan bahwa mereka merasa dihargai dan didengarkan.

Saya percaya bahwa Gerindra harus memanfaatkan media sosial untuk mengedukasi anak muda tentang nilai-nilai dasar perjuangan partai. Media sosial bukan hanya alat untuk memperkenalkan calon atau mengkampanyekan kebijakan, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat pemahaman politik anak muda. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Sherry Turkle dalam bukunya Alone Together, bahwa teknologi digital harus digunakan untuk membangun koneksi yang lebih dalam, bukan sekadar hubungan permukaan. Dalam hal ini, Gerindra harus memastikan bahwa setiap pesan yang disampaikan melalui media sosial membawa substansi yang mampu merangsang pemikiran kritis anak muda dan memperkaya wawasan politik mereka.

Beragam Bentuk Gerindranisasi Anak Muda

Konsep “Gerindranisasi Anak Muda” merupakan upaya untuk menyesuaikan dan menyebarluaskan nilai-nilai dasar Partai Gerindra di kalangan generasi muda. Namun, hal ini tidak semudah yang dibayangkan, mengingat karakteristik anak muda yang sangat dinamis dan cepat terpengaruh oleh berbagai tren. Untuk itu, Gerindra perlu melakukan penyesuaian dalam cara berkomunikasi, dengan menggunakan bahasa yang lebih dekat dengan anak muda dan memanfaatkan format yang mereka sukai, seperti video pendek, meme, atau cerita yang mengandung pesan politik. Ini bukan hanya soal mengubah cara komunikasi, tetapi juga tentang menyampaikan pesan yang benar-benar resonan dengan generasi yang penuh aspirasi ini.

Teori tentang komunikasi politik oleh Noelle-Neumann dalam bukunya The Spiral of Silence menjelaskan bahwa individu cenderung mengikuti opini mayoritas agar tidak merasa terisolasi. Oleh karena itu, Gerindra harus menciptakan ruang di mana anak muda merasa bahwa mereka memiliki peran dalam membentuk opini publik. Media sosial memungkinkan hal ini terjadi dengan memberikan kesempatan kepada pengikut untuk berbagi, mendiskusikan, dan bahkan menyebarluaskan pesan politik. Gerindra harus memperhatikan bagaimana media sosial dapat memperkuat komunikasi dua arah, dengan membangun interaksi yang lebih bersifat dialogis, bukan sekadar instruksi satu arah dari partai ke publik.

Saya melihat bahwa Gerindra harus memastikan bahwa “Gerindranisasi” ini bukan hanya soal pencapaian politik jangka pendek, tetapi juga tentang membentuk budaya politik yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Proses ini harus melibatkan lebih dari sekadar media sosial, tetapi juga melalui kegiatan nyata yang melibatkan anak muda dalam diskusi politik, pelatihan kepemimpinan, dan kegiatan sosial yang membentuk rasa kepemilikan terhadap tujuan bersama. Dengan demikian, Gerindra dapat menciptakan generasi muda yang tidak hanya sekadar mengikuti tren, tetapi juga menjadi agen perubahan yang memiliki komitmen terhadap masa depan bangsa.

Tantangan Gerindranisasi Anak Muda di Media Sosial

Walaupun media sosial menawarkan peluang besar, ada berbagai tantangan yang harus dihadapi Gerindra dalam upaya menjangkau dan memengaruhi anak muda. Salah satu tantangan terbesar adalah maraknya hoaks dan misinformasi yang beredar di dunia digital. Dalam bukunya The Information Diet, Clay Johnson menjelaskan bahwa konsumen informasi saat ini cenderung memilih informasi yang sesuai dengan preferensi mereka, tanpa memperhatikan kualitas atau kebenarannya. Oleh karena itu, Gerindra harus memastikan bahwa setiap pesan yang disampaikan tidak hanya menarik, tetapi juga memiliki kredibilitas yang tinggi.

Selain itu, tantangan lainnya adalah bagaimana Gerindra bisa mempertahankan integritas dan otentisitas dalam berkomunikasi di media sosial. Seiring dengan berkembangnya penggunaan platform digital, anak muda semakin peka terhadap manipulasi dan pesan-pesan yang tidak autentik. Dalam hal ini, Gerindra harus menunjukkan bahwa mereka tidak hanya menggunakan media sosial sebagai alat kampanye, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun kepercayaan dengan publik, khususnya dengan generasi muda yang memiliki tingkat skeptisisme tinggi terhadap politik tradisional.

Saya percaya bahwa Gerindra harus memperkuat literasi digital di kalangan anak muda. Hal ini sejalan dengan pandangan Zeynep Tufekci dalam Twitter and Tear Gas, yang menekankan pentingnya pemahaman mendalam tentang teknologi dan cara memanfaatkannya untuk perubahan sosial yang positif. Dalam hal ini, Gerindra perlu memberikan edukasi politik yang lebih mendalam, bukan hanya tentang cara memilih atau mendukung kandidat, tetapi juga tentang bagaimana menggunakan media sosial untuk menganalisis dan memahami isu-isu politik secara lebih kritis.

Harapan Menuju Gerindra Juara

Dalam usia yang ke-17 tahun, Gerindra diharapkan dapat terus beradaptasi dengan perubahan zaman, dengan tetap menjaga komitmennya terhadap perjuangan bangsa. Seperti yang diungkapkan oleh Gus Dur dalam konsep “Pribumisasi Islam”, Gerindra harus bisa mengakomodasi keberagaman dan modernitas tanpa kehilangan nilai-nilai dasar yang menjadi landasan perjuangan partai. Gerindra harus mampu menjadi jembatan antara tradisi dan inovasi, yang dapat menarik hati anak muda sekaligus menjaga prinsip-prinsip dasar yang telah digariskan sejak awal.

Gerindra tidak hanya ingin memenangkan kontestasi politik, tetapi juga menjadi simbol perubahan yang membawa manfaat langsung bagi masyarakat. Melalui pendekatan yang inklusif, Gerindra bisa membangun generasi muda yang lebih kritis, aktif, dan peduli terhadap pembangunan bangsa. Dengan terus mengembangkan strategi komunikasi yang relevan dengan kebutuhan anak muda, Gerindra dapat menciptakan masa depan politik Indonesia yang lebih cerah dan lebih berkeadilan.

Saya yakin bahwa dengan semangat yang kuat, inovasi yang berkelanjutan, dan komitmen terhadap nilai-nilai luhur, partai ini akan terus menjadi kekuatan utama yang membawa Indonesia menuju perubahan yang lebih baik. Harapan terbesar saya adalah Gerindra bisa menjadi partai yang bukan hanya juara dalam pemilu, tetapi juga juara dalam menciptakan perubahan nyata bagi rakyat Indonesia.

Perjalanan Partai Gerindra yang telah menginjak usia 17 tahun menunjukkan sebuah proses panjang yang penuh dengan tantangan dan pencapaian. Dengan terpilihnya H. Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia, Gerindra membuktikan kemampuannya untuk meraih kemenangan besar. Namun, untuk memastikan keberlanjutan kesuksesan ini, partai harus mampu menghadapi tantangan zaman, terutama dalam menjaga relevansi di kalangan generasi muda yang kini semakin terhubung dengan dunia digital. Media sosial menjadi alat yang sangat penting untuk menghubungkan Gerindra dengan audiens muda, namun diperlukan strategi yang tepat agar pesan politik Gerindra tidak hanya sampai, tetapi juga dapat membentuk kesadaran politik yang lebih mendalam.

Penting bagi Gerindra untuk terus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, sesuai dengan teori “narasi kecil” dari Jean-François Lyotard yang menekankan fleksibilitas dan inklusivitas dalam komunikasi politik. Gerindra dapat memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan pesan yang lebih terbuka, interaktif, dan tidak kaku, sehingga dapat mengundang anak muda untuk terlibat aktif dalam proses politik. Di sinilah pentingnya Gerindra melakukan “Gerindranisasi Anak Muda”, sebuah proses untuk menjembatani nilai-nilai dasar perjuangan partai dengan dunia modern yang digerakkan oleh budaya digital.

Akhirnya, Gerindra harus terus memperkuat fondasi yang telah dibangun dengan nilai-nilai yang inklusif, adil, dan progresif. Dengan memanfaatkan teknologi digital dengan bijak, memperhatikan isu-isu yang relevan dengan anak muda, dan terus mendekatkan diri kepada masyarakat, Gerindra bisa menjadi lebih dari sekadar pemenang politik, tetapi juga menjadi simbol perubahan yang mengarah pada kemajuan bangsa. Gerindra diharapkan mampu membentuk generasi muda yang tidak hanya sekadar mengikuti tren, tetapi juga berkontribusi aktif dalam menciptakan masa depan Indonesia yang lebih baik dan lebih adil.