Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store
Ilustrasi: Yayoy Kusama

Perihal Sang Filsuf | Puisi-Puisi Adonis (Terjemah Musyfiqur Rahman)



Perihal Sang Filsuf

“Setiap hari aku mencari sesuatu yang berlari
di balik kulitku” sang filsuf berkata
ia terus berujar, “tubuhku terbelenggu
dan tanahku terkepung”
ia menegaskan, “tidak, aku bukan sedang mengadu”
lalu ia bertanya:

suara ratapan apakah itu? Kota, pada sore ini
dan daun yang beterbangan

apakah debu memenuhi kedua kakinya?
…………………………
badai pasir berhembus

Perihal Penyair 2

Setelah kematian, penyair berkata pada hakim
“kau telah tiada, kekuasaanmu telah sirna
bala tentaramu juga telah binasa
tinggallah aku
seolah-olah, diriku terlahir setiap pagi”
penyair berkata pada hakim
“bangun dan saksikanlah
kau akan melihat dirimu mengikuti jejakku
mengikuti langkahku
kau akan mendapati sajakku
menjelma kerajaan bagi cahaya, kau lentera
bagiku, yang berkobar dalam kata-kataku

Perihal Pembangkang

Kalian inginkan aku menjadi pangeran kalian
sedangkan kalian sendiri menjadi budak?
hendaklah dikatakan:

akulah suara kalian
aku tidak merdeka, sama seperti kalian!

maka pahami aku

jika lebih dulu membunuh musuhku
dan musuh kalian mengira bahwa aku tidak tahu
angan-angan palsunya

maka pahami aku
jika kupikul besiku di pundakku, di pundak kalian
dan kuletakkan di negeri kita

Tak Bersalah

Andai aku membiarkanmu menyerah, oh jiwa
niscaya kau taklukkan apa yang terasa sulit
kau akan memperoleh kerajaan

benar aku lemah, tetapi aku memeriksa gairah masaku

aku memerangi eksotisnya
aku berdebat tentang keluhanku dan kesedihannya
aku bertaruh sesuatu yang tak aku mampu
dan sesuatu yang para petaruh juga tidak mampu

benar bahwa aku telah memulai, aku berlebihan
dalan berprasangka, baik atau buruk
tetapi bagaimana kita mengetahui rahasia suatu tempat
      jika kita belum mencemari substansi tempat itu?

Perihal Pemikir

Aku selalu salah, berkali-kali aku salah
aku berharap akan terus berkelanjutan
demi keyakinan yang menerangi, kesalahan ini
aku tidak ingin kesempurnaan
rindu yang pecah dari rintihan
dan desah nafasku
bukanlah rindu yang bersandar di tempat duduk

Perihal Penulis

Seorang anak kecil menulis “suara kota melengking        
            mengulangi rerintihan dan lagu-lagunya”
seorang syekh menulis “ah, di bumi kita
            mata air berwarna merah”

kaum miskin menulis “kehampaan
            adalah biji-bijian di kaki kami”

para penyair menulis “beberapa tali mengikat burung pipit
            hingga mati tercekik”

apa yang ditulis matahari
dan apa yang dikatakan kepada anak-anaknya?

*dipilih dan diterjemahkan dari buku Adonis, Tanabba’ Ayyuha Al-A’mâ (Ramalkan, Wahai Si Buta)
Penerbit: Dar Al-Saqi (Cet. II/2005), Lebanon.


Tentang Penyair

Adonis, bernama asli Ali Ahmad Sa’id Isbir. Lahir pada 1 Januari 1930 di Qassahbin, Latakia, Suriah, dari keluarga miskin. Salah satu penyair Arab modern paling berpengaruh. Selain dikenal sebagai sastrawan, Adonis juga punya pengaruh besar dalam gejolak pemikiran Arab modern dan berkali-kali masuk kandidat peraih Nobel. Memperoleh banyak penghargaan dari berbagai negara. Selain menulis dalam bahasa Arab, ia juga menulis dalam bahasa Inggris dan Prancis serta diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia. Diantara karya-karyanya, Qashâid Al-Ûla (1957), Aurâq fî Al-Rîh (1958), Al-Masrah wa Al-Marâyâ dan tentu saja karya fenomenalnya al-Tsabit wa al-Mutahawwil yang menjadi salah satu sumbangan terbesarnya dalam khazanah sastra Arab.


Tentang Penerjemah

Musyfiqur Rahman, Mahasiswa Pascasarjana Konsentrasi Kajian Timur Tengah, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan alumnus Pondok Pesantren Annuqayah, Sumenep. Penerjemah dan peminat kajian budaya dan geopolitik Dunia Arab. Twitter/IG: @syahdaka