Penenun Sarung | Puisi : Mohammad Thoriq Miftahuddin
Penenun Sarung
Ia bentang benang
kusut pikiran
masa depan
Ia sambung
satu demi satu
kejadian-kejadian
Di bawah
percik bulan
pola garis
naik-turun
terlihat
Nasibnya
mengisi
sarung
(Tulungagung, 2020)
Senandika
Kuraih tubuhku
terdalam: jauh dan dalam
kutemukan diriku telanjang
di dasar kelemahan
(Tulungagung, 2020)
Taman Usia
Rumput liar
dan bunga
tumbuh bersama
Diasuh waktu
diasuh ibu
Berwarna muda
berwarna dewasa
Berdaun lebat
berdaun manfaat
Di taman usia
mereka tumbuh
bersama-sama
berbeda akhirnya.
(Tulungagung, 2021)
Langgar
Sebuah langgar dari anyaman bambu
disanggah tiang-tiang rindu
menyempurnakan ingatanku
tentang tertawa dan bahagia.
Dahulu setiap hari
setelah maghrib, aku bersila
menyapa surga dan neraka
dalam huruf hijaiyyah
Hingga isya tiba,
aku semakin thuma’ninah
di atas sajadah dan cerita-cerita;
Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad
yang bermukjizat hebat
“Aku ingin punya mukjizat
bisa terbang bebas seperti burung”
Teriak temanku.
Seisi langgar dan alam raya
bersama-sama tertawa
mengantarnya jadi manusia.
(Jombang, 2021)
ATM
/Anjungan/
Kumasukkan kartu
Ke mulut anjungan
Dadaku berdebaran
bukan sebab kelaparan
tapi pertanggungjawaban
/Tunai/
Kutekan beberapa angka:
kode rahasia
Terbukalah ruang pilihan:
kebutuhan atau keinginan
aku mendengar
kotak suara berbicara
“Keluarga di rumah baik-baik saja, nak”
Tubuhku kian gemetar
Perlahan dari mulut anjungan keluar
bekas keringat yang memancar
dalam lembar kertas bergambar
“Silahkan nak, ambilah, jangan
sungkan agar cepat pulang”
/Mandiri/
Aku berlari
kepada suatu hari
yang mandiri dan abadi
kuberikan seluruh kata-kata
dengan pasrah:
“Semoga doa mereka berdua jadi nyata.”
(Tulungagung, 2021)
Mohammad Thoriq Miftahuddin, lahir di Jombang. Sedang nyantri dan bergiat di komunitas sastra pesantren (KSP). Bisa dihubungi melalui Email: mohammadthoriqmiftahuddin@gmail.com.