Pendakian Jiwa | Puisi Nailus Shafi Nail
Pendakian Jiwa
(Puisi, Nailus Shafi Nail)
Pengemis Tua
Perjumpaanku denganmu
Menorehkan rasa iba
Ingin rasanya ikut denganmu
Merasakan terik panas menyengat
Di jalan-jalan penuh harap
Selayaknya kau hidup bahagia
Dengan ranting-ranting keluarga
Kendati kau mencari sendiri penghidupan
Agar ranting-ranting itu berdaun
Jejak kakimu pun mulai tak kuasa menahan beban
Seperti tercampakkan
Tak dihiraukan
Oleh penguasa serakah
“Kau layak mendapat perhatian!”
teriakku di sela-sela kubangan kegelisahanmu
Ah, pengemis tua
Koruptor asik memakan uang negara
Hukum diperkosa harta
Sedangkan kau, terbirit-birit kelaparan
Di terotoar jalanan
Sungguh, pengemis tua
Negeri ini mulai gersang
_insan yang peduli sesama_
Annuqayah,
25 Desember 2019
Lelaki Berwajah Purnama
Aku melihat lelaki itu
Sedang duduk di halaman rumah
menunduk menghembuskan nafas kegundahan
Kakinya menendang kerikil-kerikil lara
Sambil melepas pasrah
Di celah-celah kegetiran
Dia pun terus membasuh fikirannya
Dengan penyesalan
Lelaki itu memejamkan mata
Terlelap bersama mimpinya
Dalam mimpi, ia melihat ibunya
Sedang bersama bidadari surga
Kemudian wajahnya seumpama purnama
Selalu tegar meski awan hitam selalu mengancam
Annuqayah,
25 Desember 2019
Menitip Permata
Aku melihat rombongan
Membwa permata
yang akan dibasuh di telaga kasturi
Dengan doa-doa kiai
Dari wajah-wajah mereka
Menyimpan banyak harap
Agar permata itu digugu
Di tempat penuh rahmat
Dan penuh aroma embun
Yang memberi kesejukan
Setidaknya permata itu
Dapat menyemai perubahan
Ketika embun telah meneteskan kesejukan
pada tubuh permata
Annuqayah, 25 Desember 2019
Lelaki Bermata Zikir
Pada ritme kehidupan
Aku melihat kau
Terpancar mengakar
Di celah-celah hujan
Menyirami kehidupan
tak memandang derajat dan martabat
kau tak pernah memilah antara tabah dan lemah
kau hanya menerka hati yang tak terpancar cahaya Tuhan
Seumpama tercipta dari zikir
Yang tersangsikan perkara batil
Kau tak pernah getir
Menggiring panas terganas
Annuqayah,
25 Desember 2019
Terlalu Dini
Kakimu terlalu dini
membingkai pertikaian ruhani
Di tengah hiruk pikuk alam
Serupa kerikil-kerikil kecil
Tertapaki jejak-jejak takdir
Kendati kehidupan berpacu dengan keadilan;
Selalu menjadi teman
Annuqayah,
25 Desember 2019
Pendakian Jiwa
Pada gerimis di kedalaman hatimu
Menyimpan nama pejuang
Menjadi tamsil penyemangat
Untuk merakit tunas-tunas kecil
Agar tak terhimpit zaman penuh penyakit
Demikian ketika tunas itu mulai terkoyak
Tak terelak
Termakan gerutu nafsu
Hatimu tetap tegar dan sabar
Sebab pendakian jiwa ada kalanya penghadang
Namun ketika kau tak sanggub lagi menggapainya
Kau hanya berkata
“tiada kekuatan bagi hamba-hamba
yang menhamba, selain kekuatan-Nya ”
Annuqayah,
25 Desember 2019
Nailus Shafi Nail. Santri PP. Annuqayah Lubangsa dan Mahasiswa INSTIKA prodi Ilmu al Qur’an dan Tafsir, asal Juruan laok, Batuputih, Sumenep. Sedang merakit mimpi di Komunitas liur pena sastra Iksbat. Bisa dikunjungi di FB: Nailus Shafi Nail.