Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kim Jong Un mengawasi langsung peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasongpho-17, versi terbaru Hwasong-17, Kamis (24/3). Foto: KCNA.
Kim Jong Un mengawasi langsung peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasongpho-17, versi terbaru Hwasong-17, Kamis (24/3). Foto: KCNA.

Pejabat Korea Selatan Sebut Peluncuran Rudal Korea Utara Untuk Usir Pasukan AS dan Mecah Aliansi



Berita Baru, Seoul – Salah seorang pejabat Korea Selatan mengatakan bahwa peluncuran rudal Korea Utara akhir-akhir ini tak lain hanya untuk mengusir pasukan Amerika Serikat (AS) di Seoul dan memecah aliansi Korea Selatan-AS.

Hal tersebut disampaikan oleh ketua partai yang berkuasa di Korea Selatan, Chung Jin-suk pada Senin (19/12), menambahkan bahwa peluncuran rudal Korea Utara akan terus berlanjut hingga awal 2023.

“Tujuan provokasi Korea Utara sudah jelas. Ini adalah taktik strategis yang bertujuan untuk memecah aliansi Korea Selatan-AS dan pada akhirnya mengusir Korea Pasukan AS dari Semenanjung Korea melalui hulu ledak nuklir dan rudal balistik jarak menengah dan menengah,” kata Chung seperti dikutip dari Sputnik.

Chung Jin-suk juga mengatakan bahwa “provokasi Korea Utara kemungkinan akan berlanjut”, tetapi Korea Selatan “akan mempertahankan penangkalan yang tak tergoyahkan terhadap Korea Utara.”

Pada Minggu (18/12), Korea Utara kembali meluncurkan dua rudal balistik.

Dua rudal itu terbang sejauh 500 kilometer (310 mil), mencapai ketinggian maksimum 550 kilometer, menurut Menteri Pertahanan Negara Jepang Toshiro Ino.

Pyongyang mengatakan tes itu merupakan bagian dari pengembangan satelit pengintaian.

Di awal bulan Desember, Korea Utara juga menembakkan rentetan rudal ke Korea Selatan.

Sejak awal 2022, Korea Selatan sering meluncurkan rudal ke wilayah laut Korea Selatan, bahkan Korea Utara telah melakukan peluncuran uji coba rudal balistik antarbenua pada November.

Menteri Luar Negeri Korea Selatan pekan lalu mengatakan bahwa Korea Utara mengeksploitasi memburuknya hubungan AS dengan China dan Rusia untuk menabur perselisihan antara anggota Dewan Keamanan PBB yang berjanji untuk bersatu melawan provokasi Pyongyang.