Menunggu Subuh | Puisi-Puisi Mohammad Cholis
Puisi : Mohammad Cholis
Kotheka
Jika kau tetap begini
Maka aku akan mencintaimu seperti ini:
Jadi, pada nyala api
Kugambar wajahmu yang bersembunyi
Di belakang bayanganmu sendiri, sri!
Lalu, kuletakkan bibirku pada sebatang cerutu
Sebagaimana dahulu pernah kutempelkan di keningmu
Saat dimana kau masih utuh disusun waktu
Pelan-pelan api mendaki, sri!
Ini bukan lagi puisi dan ruang paling abadi
Tapi ini tentang ribuan mimpi kita yang bakal terjadi
Di setiap gumpalan asap itu
Yang sengaja mendobrak pintu jantungku
Kuharap ia mampu menyelamatkan segala rindu
Satu lagi, sri!
Sisa abunya akan kuletakkan di belakang tubuhku
Agar kau terpelanting-pelanting mengejarku
Yogyakarta, 2020
*Kotheka merupakan salah satu kepercayaan orang di Madura dalam mensiasati suatu hal untuk bisa jatuh kepada dirinya.
Kemarilah
Kemarilah, sri!
Duduklah di sampingku
Aku akan menceritakan tentang sejumlah puisiku
Yang sudah tak mampu lagi menulis tentangmu
Tentang abjad-abjad yang kehilangan alasan
Kenapa memilih bersujud memanggil Tuhan
Kemarilah, sri!
Duduklah di sampingku
Dan ajari aku cara membunuh kegagalan
Yogyakarta, 2020
Menunggu Subuh
Selaput mata serasa memikul batu
Canggah kepala pelan-pelan ikut rapuh
Kata-kata masih berantakan di meja puisi
Tanganku mulai kaku diredam sepi
Secangkir kopi pun kehilangan imajinasi
Dan aku tugur menanti, karna-Mu Kekasih!
Sebentar lagi bulan akan segera padam
Malam akan membelah dadanya
Seperti mana dahulu para malaikat
Menyucikan dada Mohammad
Yogyakarta, 2020
Epilog malam
Tak kulihati lagi ciuman angin
Pada rerimbun kening daun-daun
Rembulan pun pucat
Setelah bayang-bayang telanjang
Memeluk langit dengan gamang
Jalan-jalan sudah kelelahan
Sementara sunyi membujuknya pulang
Tanpa menawarkan sedikit sandaran
Meski hanya pada pundak kenangan
Sebelum malam menjadi matang
Dan tangan pagi memetiknya di dasar hati
Izinkan aku memanggil Namamu berkali-kali
Yogyakarta, 2020
Menulis
Menulis
Seperti dalam rerimbun hutan
Dan kata-kata liar berloncatan
Dari ranting ke ranting
Celakanya, bila ia tak kutangkap
Mereka akan menjelma sosok pembunuh yang kejam
Yogyakarta, 2020
Mohammad Cholis lahir di kampung Telenteyan, Longos, Gapura, Sumenep. Alumnus PP. Annuqayah daerah Lubangsa Raya. Sekarang aktif menulis di Garawiksa Institute Yogyakarta.