Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Glenn Fredly
(Foto: istimewa)

Membayar Utang Rasa pada Keindahan Glenn Fredly



Redy

Achdiar Redy Setiawan

Pembelajar di Jurusan Akuntansi FEB
Universitas Trunojoyo Madura.


Sepanjang akhir pekan ini, saya tak mudah konsentrasi beraktivitas. Kepergian salah satu musisi berbakat Indonesia ini begitu mengagetkan. Kabar sakitnya sudah berhembus lama. Namun tak ada satupun jejak di depan publik yang menampakkan kepedihan sakitnya itu. Lalu tiba-tiba kabar duka itu datang Rabu (8/4) malam: Glenn Fredly berpulang.

Terkesiap dan tercekat sesaat begitu mendengar warta menyedihkan ini. Peristiwa kematian seseorang yang merupakan misteri terbesar olehNya selalu menancapkan perih. Pelbagai memori dan kenangan lantas memenuhi kepala tentang siapapun yang berangkat terlebih dahulu menujuNya.

Seketika lini masa media sosial (khususnya IG dan Twitter) penuh sesak dengan rangkaian testimoni tentang kepribadian seorang Glenn Fredly. Seniman berbakat asal Ambon ini meninggal di saat puncak mayoritas pencinta seni begitu mencintainya.

Ranah pergaulan seorang Glenn ini luar biasa. Presiden Jokowi, Menteri (Pramono Anung, Erick Tohir dll), level Gubernur (Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Emil Dardak), musisi (dari yang gaek macam Iwan Fals, Erwin Gutawa, Sheila Madjid, hingga yang jauh lebih junior) dan sineas (Agus Noor, Riri Riza, Sujiwo Tedjo dll) berturut turut mengungkap sedihnya ditinggal penyanyi bersuara khas ini. Tidak cukup di situ, Alissa Wahid beserta keluarga besar Jaringan Gusdurian mengunggah perasaan sedihnya. Najwa Shihab beserta Narasi TV – nya juga menampilkan suara tercekat dan linang air mata menahan perasaan dukanya. Masih banyak lagi figur yang menumpahkan kedukaannya hingga petang ini.

Keseluruhan status dan komentar itu bernada sama: Glenn Fredly adalah manusia baik. Lingkar pergaulannya tidak hanya di dunia musik yang menjadi jalan hidupnya. Musik, bagi Glenn, tidak sekadar tentang nada, not, irama, lirik dan keindahan harmoni. Musik adalah alat untuk menyuarakan tentang unsur kehidupan lain yang hakiki. Maka Glenn pun masuk ke berbagai kalangan memperjuangkan kebaikan yang dia yakini.

Di kalangan musisi, Glenn dikenal sebagai sosok yang selalu memperjuangkan iklim dan atmosfir yang baik bagi industri. Maraknya pembajakan dan pelanggaran hak cipta adalah beberapa hal yang kerap ia suarakan bersama musisi lainnya. (R)evolusi musik digital yang mengharuskan perubahan cara musisi memproduksi karyanya juga dicarikan ekosistem yang lebih memanusiakan para pelakunya. Ia begitu mencintai dan dicintai seluruh koleganya di industri musik atas dedikasinya yang spartan ini.

Di luar arena musik, aktivitas Glenn juga menjangkau perihal kebaikan lainnya. Ia begitu mengagumi Gus Dur dalam hal memperjuangkan aspek kemanusiaan. Ia berteman dengan banyak orang dari berbagai kalangan atas dasar pluralitas kemanusiaan yang niscaya. Ia kerap kali juga turun jalan mengikuti aksi melawan korupsi, HAM dan isu-isu sosial lainnya. Persoalan ekologi dan kelestarian lingkungan hidup juga menjadi concern terbesarnya.

Secara keseluruhan, kesan manusia yang dekat dengan Glenn adalah tentang kebaikan, keramahan, juga kerendahhatian. Sosoknya yang sudah begitu tersohor tidak menjadikannya sombong. Pelbagai kisah yang ditulis para sahabatnya, pun yang kerap kali berseberangan pendapat dengannya, menunjukkan karakter kuat itu. Glenn adalah manusia yang selalu berusaha memanusiakan manusia lainnya. Ini adalah keindahan kepribadian, selain keindahan dari nada-nada karya musiknya. Ini salah satu pelajaran penting yang saya tarik benang merahnya.

Secara pribadi, saya mengenal Glenn pertama kali saat suaranya menembangkan lagu milik Funk Section sekitar medio 1990-an. ‘Terpesona’ dan ‘Pantai Cinta’ adalah dua lagu hits grup band yang digawangi antara lain Mus Mujiono, Irfan Chasmala, Inang Noorsaid ini. Awal mendengar suaranya langsung terbersit, suara vokalisnya ini kok khas banget ya. Saya langsung membatin, kariernya pasti panjang ini dengan timbre unik dan musikalitasnya yang ciamik. Prediksi saya tak salah. Ketika Funk Section vakum membuat album, karya solonya sebagai penyanyi berjalan panjang.

Saya berani bertaruh, tak ada satupun fase kehidupan manusia yang seumuran saya, atau di atas maupun di bawah saya, yang tak diwarnai oleh minimal satu atau dua lagu Glenn Fredly. Pada tataran minimal mereka pernah mendengarkan, seraya diam-diam menggumam sembari merayakan kepedihan, juga kegembiraan hidupnya mengikut lirik lagunya yang menyentuh. ‘Akhir Cerita Cinta’, ‘Januari’, ‘Sedih Tak Berujung’ akan mengingatkan pada sebuah masa di mana ada kesedihan karena ditinggal (atau meninggalkan) kekasih atau orang yang dicinta. ‘Kasih Putih’ dan ‘Sekali Ini Saja’ akan menjadi jurus merayu agar si doi bertahan. ‘Pada Satu Cinta’ akan menjadi lagu pengakuan dosa ketika seseorang menyesali kekhilafannya dan berjanji kembali pada yang sejatinya dicinta.

Ketika album kaset dan CD beralih ke era digital, Glenn masih aktif berkarya. Duetnya dengan Yura Yunita begitu membius. Versi piano “Malaikat Juga Tahu”-nya Dee juga menyayat. Terakhir, ‘Adu Rayu’ ciptaan Yovie Widianto dan dinyanyikan duet dengan Tulus begitu lekat. Ditambah video musiknya yang menampilkan Velove Vexia yang “diperebutkan” Chicco Jericho dan Nicholas Saputra adalah padanan pas yang menjadi legacy terakhirnya di kepala saya.

Maka saya menuliskan ini sekadar membayar, meminjam istilah Presiden Jancukers, “utang rasa” yang tak sempat saya sampaikan langsung. Kepergianmu di saat wabah menghantam begini semakin menambah utang rasaku padamu. Suara emasmu mewarnai banyak malam ketika harus terus menulis di depan laptop. Juga banyak peristiwa hidup yang terlalui bersama deretan jejak karyamu.

Selamat jalan Bung Glenn. Saya banyak berutang rasa padamu. Terima kasih. [*]