Lebih dari 160 Warga Afghanistan Tewas Akibat Cuaca Dingin Terparah
Berita Baru, Internasional – Lebih dari 160 orang tewas akibat hawa dingin di Afghanistan bulan ini pada musim dingin terburuk dalam lebih dari satu dekade, kata pihak berwenang pada Kamis (26/1/23).
Banyaknya kasus kematian dikarenakan penduduk yang digambarkan tidak mampu membeli bahan bakar untuk memanaskan rumah pada suhu di bawah titik beku.
“162 orang meninggal akibat cuaca dingin sejak 10 Januari hingga sekarang,” kata Juru Bicara Menteri Penanggulangan Bencana Shafiullah Rahimi, sebagaimana dikutip Reuters.
Sekitar 84 kematian terjadi pada minggu lalu.
Musim dingin kali ini disebut sebagai yang terdingin dalam 15 tahun, dimana suhu turun serendah -34 derajat Celcius, telah melanda Afghanistan di tengah krisis ekonomi yang parah.
Banyak kelompok bantuan telah menangguhkan sebagian operasinya dalam beberapa pekan terakhir karena pemerintahan Taliban memutuskan bahwa sebagian besar pekerja LSM perempuan tidak dapat bekerja, membuat lembaga-lembaga tersebut tidak dapat menjalankan banyak program di negara konservatif itu.
Di ladang bersalju di sebelah barat ibu kota Afghanistan, anak-anak mengobrak-abrik sampah mencari plastik untuk dibakar guna membantu keluarga mereka, karena tidak mampu membeli kayu atau batu bara.
Di dekatnya, penjaga toko berusia 30 tahun, Ashour Ali, tinggal bersama keluarganya di ruang bawah tanah beton, tempat kelima anaknya menggigil kedinginan.
“Tahun ini, cuacanya sangat dingin dan kami tidak bisa membeli batu bara untuk diri kami sendiri,” katanya.
Ia mengatakan sedikit uang yang dia hasilkan dari tokonya tidak lagi cukup untuk bahan bakar.
“Anak-anak bangun dari kedinginan dan menangis di malam hari sampai pagi. Mereka semua sakit. Sejauh ini, kami belum menerima bantuan apa pun dan sebagian besar waktu kami tidak memiliki cukup roti untuk dimakan.”
Selama kunjungan ke Kabul minggu ini, kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan badan dunia sedang mencari pengecualian untuk larangan sebagian besar pekerja bantuan perempuan yang datang pada salah satu waktu yang paling rentan bagi banyak warga Afghanistan.
“Musim dingin di Afghanistan seperti yang diketahui semua orang di Afghanistan adalah pembawa pesan malapetaka bagi begitu banyak keluarga di Afghanistan saat kita melewati bertahun-tahun kebutuhan kemanusiaan ini, kita melihat beberapa konsekuensi hilangnya nyawa,” kata Griffiths kepada Reuters.