Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kapal Penjaga Pantai Turki mengawal kapal selam diesel-listrik kelas Kilo Rusia Krasnodar saat berlayar di Bosphorus, menuju Laut Mediterania, di Istanbul, Turki, 14 Maret 2019. Foto: Reuters/Murad Sezer/File Foto.
Kapal Penjaga Pantai Turki mengawal kapal selam diesel-listrik kelas Kilo Rusia Krasnodar saat berlayar di Bosphorus, menuju Laut Mediterania, di Istanbul, Turki, 14 Maret 2019. Foto: Reuters/Murad Sezer/File Foto.

Komandan Kapal Selam Rusia Dibunuh oleh Pria Bersenjata Saat Lari Pagi



Berita Baru, Moskow – Seorang komandan kapal selam Rusia dibunuh oleh pria bersenjata saat lari pagi, menurut laporan Kementerian Pertahanan Rusia.

Pada Selasa (11/7), dengan mengutip pihak penegak hukum, Reuters melaporkan bahwa pejabat bernama Stanislav Rzhitsky dibunuh oleh seorang penembak pada hari Senin (10/7) pagi.

Kasus kriminal telah dibuka terkait pembunuhan tersebut.

Pejabat yang tewas juga merupakan komandan kapal selam dari Angkatan Laut Rusia yang diberi nama Krasnodar.

Tidak jelas apakah dia merupakan kapten kapal selam pada saat pembunuhan tersebut terjadi.

Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, kapal selam Krasnodar adalah kapal selam diesel-elektrik yang dibangun untuk Armada Laut Hitam dan dirancang “untuk melawan kapal permukaan dan kapal selam, meletakkan ranjau, dan melakukan pengintaian”.

Media online yang meliput Rusia dan Ukraina menyatakan bahwa Rzhitsky ditembak empat kali saat sedang berlari pagi di dekat kompleks olahraga.

Dia terlibat dalam serangan rudal yang diluncurkan dari kapal selam terhadap kota Ukraina Vinnytsia pada Juli 2022 yang menewaskan 23 warga sipil, termasuk tiga anak-anak.

Rusia mencoba membenarkan serangan rudal tersebut dengan mengklaim bahwa rudal yang diluncurkan dari kapal selamnya ditujukan kepada pertemuan komandan angkatan udara Ukraina dan perwakilan pemasok senjata Barat.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyebut serangan rudal terhadap kota tersebut sebagai “tindakan terorisme terang-terangan”, yang telah membunuh warga sipil yang sedang menjalankan aktivitas sehari-hari mereka.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres pada saat itu menyatakan “terkejut” oleh kematian di Vinnytsia dan Uni Eropa menyebutnya sebagai “kekejaman”.

Baik PBB maupun Uni Eropa menyerukan pertanggungjawaban atas peristiwa tersebut.

Di antara tiga anak yang tewas, ada seorang anak perempuan berusia empat tahun dengan sindrom Down bernama Liza Dmitrieva, yang sedang dalam perjalanan bersama ibunya untuk bertemu dengan seorang terapis wicara ketika rudal tersebut menghantam. Ibu Liza, Iryna Dmitrieva, mengalami luka serius dan berjuang untuk bertahan hidup.