Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Proyek Migran Hilang IOM mendokumentasikan 441 kematian migran di Mediterania Tengah pada kuartal pertama tahun 2023. Foto: IOM/2022.
Proyek Migran Hilang IOM mendokumentasikan 441 kematian migran di Mediterania Tengah pada kuartal pertama tahun 2023. Foto: IOM/2022.

Kuartal Paling Mematikan, IOM Catat 441 Migran Tenggelam Saat Melintasi Mediterania Sejak 2023



Berita Baru, Jenewa – Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dalam laporan terbarunya pada Rabu (12/4) mengatakan bahwa tahun 2013 kuartal pertama menjadi kuartal paling mematikan sejak 2017, dengan lebih dari 400 migran dan pengungsi tenggelam pada Januari-Maret 2023 ketika mencoba menyeberangi Mediterania tengah dari Afrika Utara ke Eropa.

Angaka itu menunjukkan sebagai kematian terbanyak dalam enam tahun terakhir selama periode tiga bulan.

IOM secara total mendokumentasikan 441 kematian migran antara Januari dan Maret di rute migrasi paling mematikan di dunia, yang dikatakannya mungkin kurang dari hitungan.

Sekitar setengah dari kematian itu terkait dengan penundaan upaya penyelamatan yang dipimpin negara dan, dalam satu kasus, tidak adanya misi penyelamatan, katanya.

“Krisis kemanusiaan yang berkepanjangan di Mediterania tengah tidak dapat ditoleransi,” kata Direktur Jenderal IOM, António Vitorino dalam sebuah pernyataan.

“Dengan lebih dari 20.000 kematian tercatat di rute ini sejak 2014, saya khawatir kematian ini telah dinormalisasi. Negara harus merespons,” tambahnya.

Ribuan migran yang sebagian besar Afrika memulai perjalanan berbahaya dari pantai Libya dan Mesir, seringkali dengan perahu karet kecil, untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa.

Rute “pusat” ini berbeda dengan penyeberangan Barat dari Maroko ke Spanyol.

Seringkali, kapal tenggelam, seperti dalam kasus kapal karam yang mematikan di Calabria, wilayah selatan Italia pada akhir Februari yang menewaskan sedikitnya 72 migran.

Kabinet Italia pada hari Selasa (11/4) mengumumkan keadaan darurat imigrasi menyusul “peningkatan tajam” dalam arus melintasi Mediterania, dalam sebuah langkah yang bertujuan untuk manajemen kedatangan migran dan fasilitas repatriasi yang lebih baik.