Kota Suatu Malam
Kota Suatu Malam
(Puisi, Zen KR. Halil)
Karena Aku Menulis Puisi
Aku bisa merdeka merajut
Dan menyebut namamu, merawatmu dalam sajakku
Bahkan mencintaimu semauku.
Karena aku menulis puisi
Aku bisa menulis misalnya :
Langit biru selalu
awan-awan berarakan membentuk senyummu
Atau
Hari tetap cerah
Meski matahari tak terbit lagi
Dan wajahmu adalah
Pusat kirana satu-satunya.
Sepanjang waktu, kau disisiku
Aku bahagia denganmu
Begitupun kau.
Kita membangkitkan Adam dan Hawa
Membuat mereka cemburu menyaksikan kita yang mesra.
Karena aku menulis puisi
Aku bisa membuat kata-kata kecewa
Sebab selain engkau
Yang kutulis tak ada.
Aku mampu sempurna bercinta
Menghapus duka dari semesta
Bersamamu kapan saja
Dalam puisi yang kutulis
Aku, kau dan cinta
Akan abadi
Karena
aku menulis puisi.
Pamekasan, 2019
Di Kota Jauh
Di dunia yang tersusun dari tumpukan mungkin
tiada yang bisa berpaling
dari berjalan bersama ingin
seperti : aku ingin bersamamu selama mungkin
sampai orang-orang tak lagi menyentuh kata lama
namun tidak pada kita.
Di kota jauh
Kau tetap utuh
Segala cemas yang terkemas dalam diriku
Terangkai dari senyummu
Dan aku tak pernah bisa berpura-pura
Untuk melupakanmu barang sedetik saja.
Pamekasan, 2019
Membaca Gelombang
Beramai-ramailah datang
Belajar padaku tentang kesetiaan
Mencumbui buih-buih perih
Memeluk batu-batu karang.
Beramai-ramailah datang
Dengarkanlah lagu kesepian
Sekaligus kesedihan
Aku akan menyanyikannya
Bersama tangis ikan-ikan.
Beramai-ramailah datang
Bacalah tubuhku
Tempat waktu memutar nasib para nelayan
Segala yang berhembus di dadaku adalah doa.
Beramai-ramailah datang
Beramai-ramailah mengenang.
Pamekasan, 2019
Kota Suatu Malam
Apa yang lebih dusta dari tawa
Ketika kota memilih berdiam di kaca jendela
Dan mobil-mobil terlampau sibuk
Menyesaki mata dan telinga
Membuatku semakin rumit membedakan
Mana lengking mesin
Mana tangis seorang miskin.
Seperti kota dan lampu yang satu tubuh
Malam ini, aku lebih mencintai kesunyian
Mengasingkan diri dalam kenangan
Bersama saujanaku
Yang terus menangkap masalalu
Meski yang tersisa
Hanyalah airmata menggenangi kota kata-kata.
Pamekasan, 2019
Zen KR. Halil Mahasiswa INSTIK Annuqayah Semester I Prodi Tasawuf Psikoterapi juga tercatat sebagai santri aktif PP. Annuqayah Lubangsa Guluk-guluk dan aktif di Komunitas PERSI. Sejumlah karyanya pernah dimuat di beberapa media.