Kenang Sosok Rizal Ramli, Didik J. Rachbini: Sosok Oposisi Kritis
Berita Baru, Jakarta – Rektor Universitas Paramadina, Didik J. Rachbini, meenyampaikan kenangannya bersama mendiang Rizal Ramli (RR), yang ia sebut seorang ekonom dan tokoh gerakan oposisi. Dalam refleksi pribadinya yang diterima Beritabaru.co pada Rabu (3/1/2024), Didik J. Rachbini membagikan pandangannya terhadap peran RR dalam menjaga demokrasi dan bagaimana RR tetap menjadi sosok oposisi kritis sepanjang hidupnya.
“Pengalaman bersama dan komunikasi saya dengan Rizal Ramli bersifat akademik, intelektual sampai yang bersifat pribadi. Saya memahami gejolak di dalam dirinya untuk terus mengobarkan tidak hanya hal akademik dan riset, tetapi juga gerakan yang terus menonjol dalam aktivitasnya sehari-hari,” kata Didik.
Didik menceritakan kenangannya bersama RR dimulai pada pertengahan 1990-an, saat RR mendirikan lembaga Think Tank ECONIT, yang pada saat itu, ia bersama rekan-rekannya juga mendirikan INDEF. Didik mencermati gejolak di dalam diri RR, yang tidak hanya terlibat dalam gerakan intelektual dan riset, tetapi juga bergerak aktif dalam kegiatan sehari-hari.
Menurut Didik, sepanjang hayatnya, RR tidak pernah berhenti untuk menjaga demokrasi dengan caranya dan melakukan melakukan koreksi terus-menerus bahkan ketika demokrasi remuk redam seperti sekarang ini. “Check and Balances” di dalam demokrasi formal parlemen mati, Rizal Ramli tampil ke depan sehingga marwah demokrasi yang jatuh masih terlihat ada dinamika.
“Jadi RR selama hidupnya hanyut di dalam arus gerakan, yang menjadikan rumahnya markas diskusi dan sekaligus gerakan. Itu semua untuk satu tujuan kontrol terhadap demokrasi,” katanya.
Sebagai tokoh Gerakan, lanjut Didik, RR memilih berada di luar dengan kapasitasnya sebagai ekonom, intelektual, yang berbicara dengan data dan fakta ekonomi politik. RR merasa tidak memerlukan baju partai karena dianggap tidak memadai untuk menjaga apalagi mendorong demokrasi. Jadi banyak orang yang tetap melihat figur RR adalah tokoh yang berpengaruh dalam menjaga demokrasi.
“Karena tidak hendak masuk ke alam sistem dan tetap menempatkan dirinya di luar, maka gerakannya terus-menerus dan selamanya menjadi opposisi kritis, bahkan sangat kritis,” pungkas Didik.